REPUBLIKA.CO.ID, KEBUMEN -- Musim angin timur yang menyebabkan gelombang tinggi di perairan selatan Pulau Jawa, menyebabkan aktivitas nelayan di Kabupaten Kebumen menurun drastis. Meski pun saat ini sebenarnya sedang musim ikan bawal putih yang memiliki nilai ekonomi tinggi, namun kondisi gelombang tinggi menyebabkan banyak banyak nelayan tidak berani melaut.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kebumen, Saman, mengatakan, sebagian besar kapal yang ada di wilayahnya adalah nelayan yang menggunakan kapal kecil berbobot di bawah 10 GT. Mereka mencari ikan tidak terlalu jauh dari garis pantai. ''Namun karena gelombang di perairan sekitar pantai juga sudah cukup tinggi, banyak nelayan yang memilih tidak melaut,'' jelasnya, Senin (28/5).
Dia menyebutkan, dari sekitar 300 nelayan yang biasa menambatkan kapalnya di sekitar Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pasir, hanya sekitar 10-20 persen yang berani melaut. Itu pun hanya dilakukan tidak terlalu lama, berangkat pada pagi dan kembali ke pantai sebelum pukul 12.00.
Kondisi serupa juga dilakukan nelayan di kawasan Desa Karangduwur dan Argopeni. Seperti nelayan Pasir, kebanyakan nelayan di kedua desa ini juga memilih tidak melaut, karena kondisi laut yang terlalu beresiko bagi aktivitas penangkapan ikan.
Dengan sedikitnya jumlah nelayan yang berani melaut, maka ikan hasil tangkapan nelayan pun turun hingga lebih dari separuh dari kondisi normal. Kondisi ini, sudah berlangsung sejak sepekan terakhir.
''Dalam kondisi normal, dalam satu kali melaut dengan kapal compreng, nelayan bisa mendapat 20-25 kg ikan bawal putih yang kalau dirupiahkan bisa bernilai Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta. Tetapi karena gelombang tinggi, saat ini satu kapal hanya bisa mendapat 10 kg,'' jelasnya.