Kamis 24 May 2012 17:43 WIB

Tingkatkan Pertahanan, Kemenhan RI Kian Erat Gandeng Korea

Rep: Ahmad Reza Safitri/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro (kiri) bersama Menteri Pertahanan Korea Selatan General Purn Kim Kwan-Jin (kanan) saling bertukar cinderamata dalam
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro (kiri) bersama Menteri Pertahanan Korea Selatan General Purn Kim Kwan-Jin (kanan) saling bertukar cinderamata dalam "Kerjasama Pengembangan Industri Pertahanan" di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Jumat (9/9

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI kian mempererat kerjasama dengan Kemenhan Korea. Setelah Kemhan RI menandatangani kontrak pengadaan tiga unit kapal selam dengan salah satu perusahaan galangan kapal asal Korea Selatan, Daewoo Shipbuilding Marine Enginering (DSME), kini kerja sama terus dilakukan melalui Defense Industry Cooperation Committee (DICC).

Saat menerima kunjungan pimpinan delegasi DICC Korea Noh Dae-Lae di kantor Kemhan, Kamis (24/5), sekretaris Jenderal Kemhan, Marsdya TNI Eris Herryanto mengatakan, kunjungan tersebut merupakan upaya lanjutan pasca penandatangan nota kesepahaman (MoU) pada September 2011 lalu. "Pertemuan ini untuk meningkatkan kerjasama industri pertahanan," ungkap Eris.

Pada pertemuan tersebut, Kemhan juga melakukan pembahasan soal finalisasi kerjasama pesawat latih T-50 dan Kapal Selam 209 class. Selain itu, dibahas pula mengenai joint development medium tank, radio set cooperation project, dan helicopter joint production project. "Juga ada pembahasan soal cooperation armor vehicle and propellant project serta Marine Patrol Ship Project," papar Eris.

Pada kerjasama tersebut, lanjut dia, guna melakukan pengembangan dan produksi bersama, serta proyek bersama pada peralatan pertahanan dan suku cadang. Selain itu, ada juga terkait pertukaran informasi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi pertahanan nasional.

Dalam kegiatan itu juga, Kemhan RI mencoba melakukan pemasaran produk pertahanan bersama sebagai barang dagangan internasional. Semua kerjasama tersebut, kata Eris, dilakukan dengan mekanisme Transfer of Technology (TOT). Kendati demikian, kerjasama belum berkutat soal pelatihan bersama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement