REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Warga sekitar RS Polri Said Sukanto, Kramatjati, Jakarta Timur, Selasa (22/5) mendatangi rumah sakit tersebut dan ikut menyaksikan keluarga korban jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 yang diperbolehkan melihat jenazah korban.
Salah satu warga sekitar RS Polri, Susi mengatakan bahwa meskipun tidak ada keluarganya yang menjadi korban jatuhnya pesawat itu di kawasan Gunung Salak, Bogor, 9 Mei lalu, ia merasa sedih melihat keluarga korban yang menangis setelah keluar dari ruang ante mortem.
"Sedih melihat keluarga korban yang menangis. Saya membayangkan kalau jadi keluarga korban belum tentu saya bisa kuat seperti mereka", ujar Susi.
Para warga itu mendatangi RS Polri sejak pagi sebagaimana juga keluarga korban Sukhoi. Mereka lebih memilih untuk datang langsung ke RS Polri dari pada melihat beritanya di televisi.
"Saya lebih memilih datang langsung ke sini dari pada melihat di televisi karena penasaran, ingin lihat prosesnya secara langsung", ujar Susi.
Warga sekitar RS Polri mengesampingkan pekerjaanya demi melihat suasana di rumah sakit tersebut. Mereka berharap seluruh keluarga korban Sukhoi diberi kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi musibah ini.
Sementara itu seorang warga lain yang tidak mau disebutkan identitasnya menyatakan dirinya sengaja datang ke RS Sukanto hanya untuk melihat keluarga korban jatuhnya SSJ 100. "Saya ke sini enggak ada apa-apa. jauh-jauh ke sini hanya untuk ngebela-belain liat para keluarga korban," kata pria tersebut.
Lelaki itu berharap manajemen pabrik Sukhoi untuk tidak menyembunyikan dugaan penyebab jatuhnya pesawat sehingga masyarakat di Indonesia bisa mengetahui secara jelas tentang penyebab dari musibah tersebut.
"Saya berharap ada kejelasan dari pabrik pesawat Sukhoi mengenai penyebab jatuhnya pesawat tersebut agar tidak terjadi kesimpangsiuran," katanya. Pesawat Sukhoi jatuh pada 9 Mei di kawasan Gunung Salak, Kabupaten Bogor sekitar pukul 14.00 WIB.
Pesawat tersebut mengangkut 45 orang yang terdiri atas 35 warga negara Indonesia, dua orang yang masing-masing dari Prancis dan Amerika Serikat, serta delapan orang Rusia.
Ikuti Whatsapp Channel Republika