Senin 16 Apr 2012 13:39 WIB

Pantau Populasi Badak Ujung Kulon, WWF Tambah Kamera Rekam

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Hazliansyah
ua pelajar SD Angkasa 3 Halim PK mengamati seekor Badak Jawa (Rhinoceros sondaikus) yang telah diawetkan koleksi Museum Zoologi, Bogor, Jabar, Selasa (8/4). Museum peninggalan zaman Belanda yang mengoleksi hampir seluruh satwa yang ada di Indonesia itu keb
Foto: Antara
ua pelajar SD Angkasa 3 Halim PK mengamati seekor Badak Jawa (Rhinoceros sondaikus) yang telah diawetkan koleksi Museum Zoologi, Bogor, Jabar, Selasa (8/4). Museum peninggalan zaman Belanda yang mengoleksi hampir seluruh satwa yang ada di Indonesia itu keb

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Lembaga konservasi asing terbesar di dunia World Wildlife Fund (WWF) dan International Rhino Foundation (IRF) menambah 120 kamera video otomatis untuk pengamatan dan pelestarian badak jawa (Rhinoceros sondaicus sondaicus) di Taman Nasional Ujung Kulon. Semakin langkanya populasi badak jawa membutuhkan pemantauan intensif dari berbagai pihak.

Kordinator Program Konservasi Badak WWF Indonesia Adhi Hariyadi memaparkan penambahan kamera video otomatis ini untuk menambah akurasi basis informasi badak jawa di Ujung Kulon. Pada 2011, kamera video yang sebelumnya berhasil merekam dan mengidentifikasi 35 individu badak jawa. "Terdiri dari 22 individu jantan dan 13 individu betina," kata Adhi dalam keterangan tertulisnya kepada Republika, Senin (16/4).

Badak jawa merupakan salah satu spesies terlangka di dunia dengan perkiraan jumlah populasi kurang dari 60 individu. Badak jawa merupakan spesies yang juga dilindungi di dunia internasional. Awalnya, badak jawa terdiri dari tiga subspecies, yaitu Rhinoceros sondaicus inermis yang hidup di Myanmar, Rhinoceros sondaicus annamiticus yang hidup di Vietnam, dan Rhinoceros sondaicus sondaicus yang hidup di Taman Nasional Ujung Kulon, Indonesia.

Seperti diketahui, badak jawa di Myanmar sudah lama dinyatakan punah. Berikutnya, populasi badak jawa yang terdapat di Vietnam juga sudah dinyatakan punah sejak 2011. Populasi badak jawa di Ujung Kulon tentunya menjadi benteng terakhir badak jawa di dunia. Adhi mengatakan, tak hanya penambahan kamera, tim pemantau juga akan memonitoring badak jawa berdasarkan DNA. Sedangkan rekaman video nantinya akan menjadi bahan penelitian mendalam.

Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon Moh Haryono memaparkan dengan jumlah total 160an kamera video otomatis yang dipasang serentak, maka informasi satwaliar lain selain badak jawa, juga ikut terpantau. Alat tersebut juga berfungsi memonitor aktivitas manusia, yang mungkin saja perambah, yang memasuki areal habitat badak jawa.

Secara nasional, kata Haryono, Kementerian Kehutanan telah menetapkan 14 spesies terancam punah, salah satunya badak jawa. "Populasi badak jawa diharapkan meningkat tiga persen," kata Haryono. Kementerian Kehutanan berikutnya telah menyiapkan roadmap sebagai panduan pencapaian target tersebut.

Roadmap tersebut, kata Haryono, merupakan indikator kinerja utama Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA). Roadmapnya sendiri disiapkan oleh Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH).

Taman Nasional Ujung Kulon merupakan habitat tunggal yang berfungsi sebagai tempat hidup badak jawa. Ujung Kulon merupakan satu dari lima taman nasional pertama yang ditetapkan di Indonesia. Total luasannya mencapai 122.956 hektare (ha). Luasan tersebut terdiri dari daratan mencapai 78.619 ha, dan laut mencapai 44.337 ha.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement