REPUBLIKA.CO.ID, NEGARA -- I Putu Indah Wahyudi (49), warga Dusun Terusan, Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, tewas setelah dianiaya pasien penderita epilepsi di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bangli, Bali, Sabtu (14/4).
Ketut Rendah, ayah korban dan Gusti Ayu Komang Suciani, isteri korban, Minggu mengatakan, Wahyudi dibawa ke RSJ Bangli atas bantuan petugas Satpol PP Jembrana setelah penyakit depresinya kambuh, Rabu (11/4).
Karena saat itu malam hari, pihak Satpol PP yang dimintai bantuan terpaksa menginapkan korban di kantor aparat penegak perda tersebut. Baru keesokan paginya Wahyudi dibawa ke RSJ Bangli dan diobservasi di UGD rumah sakit tersebut selama 24 jam.
Namun pada Jumat (13/4), Suciani mendapatkan kabar kondisi suaminya itu kritis setelah dianiaya oleh seorang pasien RSJ Bangli.
"Pihak rumah sakit mengatakan, suami saya dianiaya oleh pasien lainnya yang menderita epilepsi. Katanya, pasien itu ngamuk akibat suami saya tidak mau memberikan rokok," ujar Suciani.
Upaya membawa Wahyudi ke RSUD Bangli tidak membuahkan hasil karena korban meninggal dunia sesaat setelah hendak dirujuk ke RSUP Sanglah, Denpasar.
Menurut Suciani, Jumat (13/4) pagi suaminya sempat telepon minta dijemput, tapi Putu Bagus Yudi Pranata, anaknya yang mendampingi di rumah sakit, minta ayahnya itu berobat dulu.
"Siang harinya ada kabar kalau suami saya kritis. Saat itu juga saya langsung menyusul ke sana," ujarnya.
Akibat penganiayaan itu, rahang kanan Wahyudi patah, mulutnya robek, mata bengkak, gigi depan rontok serta kepala bagian belakang benjol.
Ketut Rendah menjelaskan, Wahyudi menderita depresi sejak tahun 1989 namun tidak setiap saat kambuh. "Depresinya biasanya kambuh empat tahun sekali, dengan tanda-tanda bersikap beringas dan mengamuk," ucapnya.
Meskipun menderita depresi, pada tahun 1992 ia menikah dengan Suciani dan sempat bekerja sebagai sopir sebelum menjadi karyawan agen bus.