REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Papua, AKBP Johanes Nugroho mengatakan, pihaknya belum menambah personel untuk mengejar kelompok yang melakukan penembakan pesawat Trigana jenis Twin Otter pada Minggu pagi (8/4) di Mulia, Kabupaten Puncak Jaya.
"Belum ada penambahan pasukan ke Mulia," kata AKBP Johanes Nugroho, di Jayapura, Senin.
Johanes menjelaskan, aparat gabungan Polri dan TNI yang berada di ibu kota Kabupaten Puncak Jaya sejak Minggu (8/4) terus melakukan pengejaran terhadap kelompok bersenjata. "Sejak kemarin personel kami di Mulia dibantu Brimob dan anggota TNI AD telah melakukan pengejaran," katanya.
Sebelumnya, Kapolres Puncak Jaya AKBP Alek Korwa, Minggu (8/4) mengatakan, aparat keamanan mengalami hambatan dalam pengejaran tersebut karena kelompok bersenjata itu berada di gunung-gunung sekitar lapangan terbang Mulia.
"Namun, kami masih terus melakukan pengejaran terhadap kelompok bersenjata itu," kata Alek Korwa dan menambahkan bahwa pihaknya sempat beberapa kali terlibat kontak sejata dengan kelompok tersebut.
Sementara itu pilot Bebi Astek dan Co-Pilot Wlly Resubun yang terkena tembakan di bagian kaki dan tangan, Minggu (8/4) siang sekitar pukul 14.00 WIT diterbangkan ke Jayapura dengan menggunakan pesawat Twin Otter milik Trigana.
Sedangkan jenazah wartawan Papua Pos Nabire grup SKH Pasifik Pos Latoge Kogoya (26 th), satu dari lima penumpang pesawat twin otter milik Trigana yang ditembak di Mulia, ibukota Kabupaten Puncak Jaya, Minggu pagi, saat ini sudah diambil keluarga dan disemayamkan di Muliambut, sekitar 10 km dari Kota Mulia.
Peristiwa penembakan di wartawan di Mulia telah mengejutkan sejumlah komunitas wartawan di Jayapura dan Papua. Mereka menyatakan turut berbela sungkawa dan mengutuk perbuatan yang tidak bertanggungjawab itu, serta meminta pemerintah segera menyelesaikan sejumlah masalah di Mulia, Kabupaten Puncak Jaya.