REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Polisi masih membutuhkan waktu untuk mengungkapkan cairan yang telah melukai beberapa orang saat demonstrasi penolakan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi di depan halaman gedung DPR/MPR pada Kamis (29/3) kemarin itu.
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Saud Usman Nasution menuturkan polisi belum dapat mengetahui cairan apa yang menimbulkan luka seperti luka bakar yang mengenai polisi dan wartawan yang sedang meliput aksi demo. Tapi Saud menuturkan pihaknya telah berdialog dengan ahli laboratorium kimia dari Universitas Indonesia (UI), dan hasil dialog tersebut diduga cairan zat kimia asam keras.
"Dari cairan yang ada dan dampak luka dari cairan itu seperti bersumber dari zat asam kimia keras, karena kalau air aki paling cuma gatal-gatal, tapi itu masih pendapat ahli laboratorium," ujar Saud Usman Nasution saat jumpa pers di Mabes Polri, Rabu (4/4).
Saud menuturkan, pihaknya masih menemukan beberapa kendala dalam mengungkapkan cairan tersebut, seperti zat apa dan apakah zat yang mengenai beberapa orang tersebut berbeda satu sama lainnya, sehingga kepolisian harus mengumpulkan sample dari beberapa orang korban.
Saud menuturkan pengungkapan kasus cairan zat kimia tersebut merupakan sebuah tantangan bagi kepolisian, sehingga ke depannya kejadian tersebut tidak terulang lagi. Ia juga mengimbau kepada masyarakat khususnya kepada pemimpin anggota kelompok agar betul-betul memeriksa anggota kelompok masing-masing sebelum melakukan unjuk rasa.
"Penyampaian aspirasi dilarang membawa benda-bemda yang bisa membahayakan keselamatan umum dan juga tidak boleh anarkis, diharapkan nantinya tidak boleh terulang lagi," tandas Saud Usman Nasution.