REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Jepang menghibahkan fasilitas pengolah sampah, Intermediate Treatment Facility (ITF) kepada Kota Bekasi. "Saat ini masih pilot project. Program ini non APBD," ujar Kepala Bidang Persampahan Dinas Kebersihan Kota Bekasi, Hasan Abdul Syukur, Rabu (4/4). Mesin ITF ini senilai Rp 800 juta dan program ini bakal ada setiap tahun dengan mengikutsertakan LSM lokal.
ITF bekerja dengan prinsip pemilahan. Setiap sampah yang masuk melewati conveyer. Nantinya para pemulung bisa antre di sekitarnya untuk memilih sampah yang diinginkan. "Para pemulung tidak perlu lagi ada di puncak tumpukan sampah. Adanya ITF meminimalisir bahaya bagi mereka," kata Kepala Seksi Pengolahan Teknik Persampahan Bekasi, Kiswati.
Dia menilai kerja pemulung berbahaya, karena rentan terkena longsoran sampah. ITF memungkinkan pemulung tidak lagi ada di sekitar operator alat berat. Hal ini tentu mempermudah pengoperasiannya.
Alat ini bisa menggunakan listrik atau solar. Saat ini alat tersebut menggunakan solar. Namun apabila memungkinkan, listrik akan menjadi pilihan. Kota Bekasi menempatkan fasilitas ITF beroperasi di TPA Sumurbatu. Kota Bekasi menghasilkan 1.200 ton sampah tiap harinya, sementara yang masuk TPA haya 500 ton.
Selama setahun ini ITF akan terus dievaluasi. "Kita belum merencanakan penelitiannya berapa lama. Saat ini sampah yang kita cobakan baru satu sampai dua truk per hari. Hal ini dikarenakan kondisi TPA yang tidak memungkinkan. Padahal kapasitas ITF adalah 150 ton per hari," kata Kiswati.