REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR - Belum ada penurunan omset berati pasca-kenaikan harga Pertamax oleh pemerintah pada awal April ini di sejumlah SPBU di Kota Bogor. Namun demikian, kenaikan harga ini dikhawatirkan bakal membuat konsumen beralih ke SPBU asing.
Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak Bumi dan Gas (Hiswana) Bogor, Bahriun, mengatakan, penjualan Pertamax di SPBU masih stabil di angka 2 ribu liter per hari. Begitu pula penjualan premium tidak mengalami lonjakan di kisaran 22 ribu liter per hari.
"Saat ini belum ada perubahan. Tapi sebentar lagi pasti akan terasa dampak kenaikan harga Pertamax," kata dia, Senin (2/4).
Ia menjelaskan, kenaikan harga Pertamax dari Rp 9.650 ke Rp 10.250 per liter membuat harga BBM non-subsidi itu lebih tinggi dari harga di SPBU asing. Selisihnya harganya antara Rp 100 hingga Rp 200 per liter.
"Karena lebih mahal, saya khawatir konsumen akan beralih ke SPBU asing. Apalagi secara pelayanan mereka lebih baik," ujarnya.
Di wilayah Bogor sendiri, saat ini sudah ada tiga SPBU asing yang beroperasi. Yang lebih mengkhawatirkan, lanjut Bahriun, kenaikan harga Pertamax akan membuat pengendara mobil pribadi beralih ke Premium.
"Premium kan tidak jadi naik. Jadi selisih harga antara keduanya juga semakin jauh," kata dia.