Jumat 30 Mar 2012 10:43 WIB

Di Balik Keputusan Golkar Menolak Kenaikan BBM

Partai Golkar (ilustrasi)
Foto: Republika
Partai Golkar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh Jaka Suryo/Antara

"Partai Golkar katakan tak perlu ada kenaikan harga BBM," tegas Ketua Umum Dewan Pimpinan Partai Golkar Aburizal Bakrie.

Blurrrr. Sontak mengagetkan semua pihak. Terperangah. Pernyataan yang disampaikannya pada Kamis (29/3) petang itu, bak geledek menyambar di siang hari.

Semua menoleh ke Partai Golkar (PG). Ada apa dengan PG? Kenapa tiba-tiba dengan tegas menolak kenaikan BBM?. Apa lagi yang dimainkan PG? Ataukah PG sedang meningkatkan posisi tawarnya?

Peta politik pun buyar. Di tengah makin meningkatnya suhu politik yang dipicu rencana Pemerintah untuk menaikkan harga BBM, keputusan politik dari partai berlambang pohon beringin ditunggu-tunggu masyarakat. Sebab, keputusan PG benar-benar menjadi penentu.

Jadi agak benarlah jika di akhir dekade 1990-an lalu, mantan Presiden BJ Habibie pernah menyatakan, "Golkar itu 'pendulum' politik Indonesia".

Mengkristalnya kubu anti dan pro kenaikan (harga BBM), membuat pembahasan APBN-P yang berlangsung maraton antara Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dan Pemerintah, alot.

Sementara gerakan ekstra parlementer terus bergerak bagai bola salju yang terus mengelinding dan membesar. Demo-demo mahasiswa dan buruh marak di berbagai kota berlangsung hampir merata dan serentak.

Kota-kota besar seperti Jakarta, Makasar, Medan, Palu, Kendari, Jogja, Bandung, Surabaya, Denpasar-Bali, Samarinda-Kaltim, Padang-Sumbar, Manado-Sulut, Jayapura-Papua, bahkan di Sidoarjo, memanas dengan aksi-aksi demo penolakan.

Pembakaran ban dan saling lempar batu, bahkan bentrokpun mewarnai aksi-aksi demo tersebut. Suasana memanas.

                                                                      ***

Lontarkan Gagasan Cerdas

Pada titik ini, sebenarnya antara Banggar DPR RI dan Pemerintah hampir mencapai titik kompromi yang relatif bisa 'menentramkan' semua fraksi. Perdebatan panjang soal setuju atau menolak kenaikan harga BBM menemukan rumusan yang cerdas menjadi pembahasan ---subsidi energi---.

Adalah Partai Golkar pula yang melontarkan gagasan cerdas ini. Usai menerima delegasi pimpinan DPD I dan II PG Banten yang menyampaikan aspirasi agar Ketum DPP PG Aburizal Bakrie segera memutuskan untuk maju sebagai Capres 2014, Aburizal melontarkan solusi cadas. Yakni, partainya tidak dalam posisi untuk menyetujui atau menolak kenaikan harga BBM, karena hal itu merupakan wewenang pemerintah.

"Partai Golkar tidak dalam posisi menolak atau menerima kenaikan BBM. Itu bukan domain partai politik (Parpol), tetapi itu kewenangan Pemerintah. Serahkanlah hal itu (naik atau tidak) pada Ppemerintah untuk memutuskannya. DPR hanya bicarakan apakah jumlah subsidi energi akan dinaikan atau tetap seperti tahun lalu," tandas Ical.

Apa yang ditawarkan Ical --panggilan populer Aburizal Bakrie-- ini menjadi penyelamat "muka" bagi semua Parpol dan (tentunya) Pemerintah. Partai-partai 'oposisi' seperti PDI-P, Gerindra dan Hanura bisa menerima rumusan ini.

Begitu pun Parpol koalisi seperti PKS yang sempat 'berselancar', dan PPP, PAN serta tentunya Partai Demokrat (PD) maupun PG sendiri merasa nyaman.

Namun, para demostran masih menilai PG belum memberikan keputusan yang nyata dan tegas. Dengan formula itu, PG dinilai masih bersikap abu-abu. PG juga dianggap menyerahkan 'bola panas' keputusan kenaikan BBM itu ke tangan Pemerintah.

Di sisi lain Pemerintah cq PD membutuhkan dukungan nyata dari PG. Demokrat membutuhkan dukungan bulat dari koalisi untuk memenangkan 'pertarungan' dalam sidang paripurna DPR RI, Jumat (30/3) ini, yang akan mengambil keputusan soal tersebut.

Hari Kamis (29/3) kemarin itu, menjadi puncak kulminasi tenggat waktu bagi semua pihak. Dan suara Golkar akan menjadi 'penunjuk arahnya'. Golkar menjadi barometer. Golkar tak ubahnya dirijen sebuah orchestra.

                                                                         ***

Rintihan Tukang Ojek

Beberapa kalangan menilai, keputusan PG itu dipicu oleh keluarnya pernyataan Ketua Fraksi PD, Jafar Hafsah, yang menyatakan Ketum Golkar justru mengusulkan agar kenaikan harga BBM sebesar Rp 2000.

Namun, tambah Hafsah, usulan itu ditolak oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Atas pernyataan Jafar Hafsah ini, Ketum DPP PD Anas Urbaningrum buru-buru menggelar konferensi pers untuk membantahnya. Dan tak tanggung-tanggung Jafar Hafsah-pun seketika di-non aktifkan dari jabatan ketua FPD, karena dinilai telah membuat 'berang' Aburizal Bakrie.

Di saat situasi gonjang-ganjing itu, Ketum DPP PG Aburizal justru sedang berada di pelosok desa. Aburizal sedang turun ke bawah. Ical berinteraksi langsung dengan rakyat kecil. Ia selama dua hari, sejak Rabu (28/3), sudah melanglang buana dari desa ke desa di wilayah Kabupaten Bogor.

Ketika itu, Ical didampingi Ketua Pemenangan Pemilu (PP) Jawa-1, Ade Komarudin, beberapa Ketua DPP Golkar (Fuad Hasan Masyhur, Airlangga Hartarto, Muhamad Ruslan, Rizal Malarangeng), Wakil-wakil Sekjen (Lalu Mara Satria Wangsa, Tb Ace Hasan Syadzili, Rusmin Effendy), Ketua DPD Golkar Jabar Irianto Syafiudin, dan Ketua DPD Golkar Kabupaten Bogor Ade Ruhendi.

Ketika itulah, Ical mendengarkan denyut nadi rakyat. Yakni, sepanjang momen dari memberikan ceramah motivasi kewirausahaan kepada para mahasiswa IPB maupun pelajar SMA1 Tamansari, mengunjungi Pesantren Darul Falah, kunjungi Yayasan Alhidayah Masjid Taufik, di Ciampea hingga berdialog dengan para pengrajin sepatu kulit Ciomas. Dan puncaknya, Ical berdialog dengan warga di lokasi perkebunan kelapa sawit PTP VIII desa Cikasungka, Cigudeg, Bogor.

                                                                            ***

Pada Rabu malam, Ical-pun melakukan kontemplasi. Bersama beberapa orang dekatnya, Ketum DPP PG itu terlihat khusuk melakukan wirid di mesjid Ar-Roosniah Al-Ahmad di kompleks Bogor Nirwana Resort hingga tengah malam. Dan dilanjutkan diskusi hingga dini hari.

Diskusipun terus berlanjut selama perjalanan darat di wilayah pegunungan tersebut. Aburizal Bakrie yang satu mobil bersama Fuad Hasan Masyur, Ade Komarudin dan Airlangga terlihat terus bertukar pandangan.

Sementara dalam setiap dialog dengan masyarakat, Ical terlihat serius menyimak setiap curhat masyarakat. Sesekali Ade Komarudin yang duduk di sampingnya, terlibat perbincangan serius dengan Ical. Entah apa yang didiskusikannya. Keduanya, hanya berbisik-bisik.

Dalam dialog bersama masyarakat, hampir sebagian besar mengeluhkan soal kesulitan ekonomi. Didin, salah seorang tukang ojek di lokasi perkebunan kelapa sawit PTP VIII desa Cikasungka, Cigudeg, Bogor, Jabar, mengeluhkan soal kian sulitnya mencari uang.

"Tolong pak Ical jangan lagi ditambah kenaikan BBM. Keluarga saya akan makan apa?" kata Didin merintih. Selain mendesak agar tidak ada kenaikan BBM, Didin juga meminta Aburizal Bakrie bisa memperjuangkan agar ada perbaikan jalan di wilayahnya.

Jalan utama sepanjang 10 km di lokasi tersebut sudah rusak parah. Bahkan untuk mencapai lokasi pertemuan dengan warga tersebut, Ical harus rela menumpang ojek sambil diiringi sekitar 150 tukang ojek lainnya.

Rintihan tukang ojek ini mungkin menginspirasi Aburizal untuk mengambil keputusan yang berpihak kepada rakyat. Setidaknya, menurut Ketua PP Jawa-1, yang juga Sekretaris FPG DPR Ade Komarudin, Partai Golkar tidak akan pernah meninggalkan rakyat.

"Suara Golkar suara Rakyat. Itulah keputusan Golkar," kata Ade yang juga Ketua Depinas SOKSI, salah satu Ormas Pendiri Partai Golkar.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement