Rabu 22 Feb 2012 06:43 WIB

Penelitian: 2,7 Persen Air Tanah Bogor Rusak

air tanah
air tanah

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof Ir Lambok Hutasoit, mengatakan sebanyak 2,7 persen kondisi air tanah di Kota Bogor masuk dalam kategori rusak. "Kondisi ini akan semakin parah bila tidak dilakukan upaya pencegahan," katanya dalam pemaparan penyusunan Rencana Induk Terpadu Pengelolaan Air Tanah di Ruang Rapat I Balai Kota Bogor, kemarin.

Ia menjelaskan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya, selain mengalami kerusakan kondisi air tanah di Kota Bogor 5,2 persen masuk kategori kritis, 11,2 persen rawan dan sisanya sebanyak 80,2 persen aman. Kerusakan air tanah sebesar 2,7 persen Kota Bogor terdapat di wilayah Bogor Timur dan Bogor Selatan. Menurutnya, dalam waktu 10 tahun ke depan kondisi air tanah di Kota Bogor yang semakin rusak menjadi 22,4 persen bila tidak segera diatasi.

Pemerintah sebagai regulator, kata dia, hendaknya melakukan upaya pencegahan. Apabila pemerintah tidak melakukan upaya antisipasi, zonasi air tanah yang masuk dalam zona rawan akan meluas menjadi 35,1 km persegi atau 263,9 persen dari tahun 2011. Sedangkan zona kritis akan meluas menjadi 14,8 km persegi atau meningkat 238,7 persen dari tahun 2011. Dan zona rusak akan meluas menjadi 26,6 km persegi atau 831,3 persen dari tahun 2011.

Selain upaya pencegahan, lanjut Lambok, pemerintah bisa memilih opsi kedua, yakni penggunaan air tanah seperti biasa, namun ditambah dengan melakukan imbuhan air tanah buatan (artificial recharge) sebanyak 560 ribu meter kubik pertahun.

Skenario kedua ini, jelasnya, zonasi air tanah di Kota Bogor pada tahun 2021 akan berubah. Zona rawan menjadi 9,2 km persegi atau 69,2 persen dari tahun 2011, zona kritis menjadi 6,1 km persegi atau 98,4 persen dari tahun 2011. Dan zona rusak menjadi 2,6 km persegi atau 81,3 persen dari tahun 2011.

Pemerintah masih memiliki skenario ke tiga, yakni membangun peresapan buatan di 42 titik untuk pemulihan kondisi air tanah. Caranya adalah dengan melakukan imbuhan air tanah buatan (artificial recharge) 840 ribu meter kubik pertahun.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement