REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Dua investor dari Swiss yakni Synergy Financial Concept AG dan Swiss Asset Manager Ltd menawarkan untuk mengelola sampah menjadi listrik. Kedua investor tersebut didampingi Duta Besar Indonesia untuk Swiss Djoko Susilo memaparkan tawarannya kepada Pemerintah Provinsi DIY di Kepatihan Yogyakarta, Senin (20/2).
Sebelumnya dari Perancis dan Inggris juga menawarkan untuk mengelola sampah dengan teknologi RDF (refuse derivert fuel) dan sekarang sedang dilakukan studi kelayakan. Duta besar Indonesia untuk Swiss, Djoko Susilo, mengatakan dia telah melihat kondisi TPA sampah di Piyungan, bersama dua orang investor Swiss.
"Saat mereka saya bawa ke TPA Piyungan, keduanya tertarik untuk mengelolanya. Bagi mereka sampah adalah berkah dan merupakan tambang emas," kata Djoko usai bertemu dengan Wakil Gubernur Paku Alam di komplek Kepatihan Yogyakarta.
Dua investor ini menawarkan kerja sama pengolahan sampah menggunakan teknologi Seramat (second raw material atau bahan yang kedua. "Ini merupakan tehnologi terbaru yang telah dikembangkan di beberapa negara seperti Brazil, Jerman dan Jepang. Di Eropa, di ASEAN, Indonesia yang pertama. Sampah ini akan diolah menjadi oli sintetis, dan energi listrik untuk kebutuhan industri. Apalagi Piyungan ada industrial park, sehingga listriknya tinggal disalurkan ke sana," kata dia.
Dikatakan Djoko, sampah di Piyungan menjadi salah satu potensi yang mampu mendongkrak pendapatan asli daerah. Setidaknya dengan pengolahan, akan mampu memberikan pendapatan sekitar 3 juta dolar AS atau setara Rp 27 miliar. "Kita pakai konsep zero waste zero cost (nol sampah dan tidak ada uang dari pemerintah)," ungkap dia.
Nilai investasi mencapai Rp 1,5 triliun dan diharapkan bisa balik modal sekitar empat tahun. Pemerintah tidak perlu mengeluarkan uang, melainkan cukup menyediakan lahan dan bangunan untuk mesin pengelolanya.