Sabtu 24 Dec 2011 23:45 WIB

Tanggapi Hasil Audit Century, Demokrat Tenang Aja, Tuh!

Rep: Roshma Widiyani/ Red: Chairul Akhmad
Sutan Bhatoegana
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Sutan Bhatoegana

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Mengggapi hasil pasca audit Bank Century, fraksi Partai Demokrat cenderung tenang-tenang saja. Hal ini diutarakan politikus senior Demokrat, Sutan Bathoegana, Sabtu (24/12).

“Kita tunggu saja bagaimana proses hukumnya. Hal ini kami serahkan sepenuhnya kepada pihak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan penegak hukum lainnya. Hal ini juga sesuai arahan Presiden SBY supaya membuka selebar-lebarnya tabir kasus ini. Jangan sampai ada yang ditutupi. Supaya masyarakat mengerti dan tahu siapa yang berindak benar,” paparnya.

Sutan optimis partainya akan segera bersih dari tudingan penerima dana bailout Century. Sutan mengatakan, sejak awal memang tidak ada kader partainya yang terlibat kasus Cantury. Dirinya menuding, ada pihak-pihak tertentu yang tidak senang terhadap kemenangan Partai Demokrat, dan menggunakan kasus ini sebagai alat.

Ditanya mengenai langkah lanjut yang akan diambil, Sutan mengatakan, “Kita hormati saja proses ini. Semua ada tanggal mainnya. Kami yakin Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sudah bekerja maksimal dan profesional. Sudah sepatutnya mereka dihargai,” ujar dia.

Hal yang berbeda diungkapkan Inisiator Hak Angket dan Anggota Timwas Century dari fraksi Partai Golkar, Bambang Soesatyo. “Seperti yang sudah diduga, laporan BPK tentang audit forensik Century jauh panggang dari api. Kita sudah bisa menilainya dari judul laporan,” ujarnya.

Laporan tersebut berjudul "Laporan Hasil Audit Investigatisi Lanjutan Atas Kasus Bank Century Tbk. Nomor: 87A/LHP/XV/12/2011 tanggal 22 Desember 201". “Padahal yang diminta audit forensik, bukan investigasi lanjutan,” kata Bambang.

Ia menengarai, hal ini disebabkan pimpinan BPK yang sudah beralih dari Anwar Nasution ke Hadi Purnomo. Bambang melihat pemimpin BPK yang sekarang berada dalam tekanan.

Hal tersebut ditambah tiga orang penanggungjawab tim yaitu, Nyoman Wara, Novy Gregory Antonius, dan Harry Purwaka yang tidak mempunyai kulaifikasi sebagai auditor forensik. "Para auditor  tidak mempunyai sertifikat CFE (Certified Fraud Examiner). Akibatnya hasil audit menjadi kurang maksimal," tegas Bambang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement