REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Tren penyebaran HIV dan AIDS saat ini bergeser ke ibu-ibu rumah tangga. Ini terlihat dari jumlah mereka yang terjangkit penyakit kini relatif cukup banyak.
"Hasil penelitian yang saya lakukan memunculkan angka yang cukup banyak terkait AIDS di kalangan ibu rumah tangga. Di Solo, Jawa Tengah, setiap bulan bisa ditemukan 10-30 kasus AIDS di kalangan ibu rumah tangga," kata peneliti dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tri Hastuti, dalam diskusi HIV dan AIDS di Yogyakarta.
Selain itu, menurut dia, per Juni 2011 sebanyak 216 kasus HIV dan AIDS yang ditemukan di Kendal, Jawa Tengah, sebanyak 18 persen di antaranya adalah ibu rumah tangga. Hal itu tentu saja memprihatinkan karena selama ini masyarakat secara umum menganggap bahwa yang berisiko tinggi terkena AIDS adalah kelompok sopir, tuna susila, dan pengguna narkoba jenis suntik.
Tri mengatakan banyaknya jumlah ibu rumah tangga yang terjangkit AIDS itu di antaranya dipengaruhi oleh budaya yang ada. Para perempuan khususnya ibu rumah tangga sering tidak berani bicara kepada suami untuk menggunakan kondom saat berhubungan badan.
"Dalam budaya Indonesia, perempuan adalah pihak yang diwajibkan untuk melayani dan menurut. Ini sehingga mereka cenderung tidak berani untuk meminta suaminya menggunakan kondom saat berhubungan badan," kata aktivis kesetaraan gender ini. ''Jika suaminya masuk dalam kelompok berisiko tinggi terkena AIDS, sebenarnya istrinya juga memiliki risiko itu.''