REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tokoh Kalimantan Barat, Akil Mochtar, mengakui banyak terjadi pembantaian orang utan di Kalimantan. Hal itu terjadi sebagai konsekuensi dibukanya lahan hutan untuk diganti menjadi perkebunan kelapa sawit. Yang membuatnya jengkel, perusahaan kelapa sawit itu hampir semuanya dimiliki pengusaha Malaysia.
Mereka beroperasi di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur dengan cara membayar penduduk lokal untuk membantai orang utan. “Begitulah cara beroperasinya perusahaan kelapa sawit Malaysia. Memang terjadi dan paling banyak di Kalimantan Timur,” kata Akil di gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Senin (21/11).
Menurut Akil, banyak orang utan yang masih berkeliaran di sekitar perusahaan kelapa sawit milik Malaysia karena habitatnya terdesak. Sayangnya, keadaan itu direspon agresif oleh pemilik kelapa sawit dengan membantai satu per satu orang utan.
Setiap nyawa orang utan dibayar dengan kisaran tertentu. “Inilah yang membuat populasi orang utan di sana berkurang drastis,” ujar Juru Bicara MK tersebut.