Rabu 26 Oct 2011 20:17 WIB

Subhanallah...Tiga Hari Terjebak di Puing Beton, Guru di Turki Selamat dari Gempa

Rep: Ditto Papilanda/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Turki kembali dilanda gempa terbesar dalam satu dekade berkekuatan 7,2 SR. Gempa terutama mengguncang kawasan timur negara itu
Foto: EPA
Turki kembali dilanda gempa terbesar dalam satu dekade berkekuatan 7,2 SR. Gempa terutama mengguncang kawasan timur negara itu

REPUBLIKA.CO.ID, ERCIS, TURKI -- Tim penyelamat bekerja dibawah lampu sorot, Rabu (26/10) saat matahari belum muncul, berusaha mengeluarkan seorang mahasiswa berusia 18 tahun dan seorang guru berusia 28 tahun dari bawah reruntuhan bangunan apartemen. Mereka telah terjebak lebih dari 60 jam sejak gempa mengguncang timur Turki.

Menggunakan kamera kecil yang terpasang di tongkat yang digunakan untuk mencari korban selamat di bawah puing-puing beton, tim penyelamat menemukan Eyup Erdem, mahasiwa yang mereka cari muncul dari balik reruntuhan sebuah bangunan bertingkat di Kota Ercis. Kota ini menjadi wilayah terparah akibat gempa berkekuatan 7,2 skala Richter, terbesar dalam satu dekade terakhir di Turki, Ahad(23/10) kemarin.

Erdem, pindah ke Ercis sebulan lalu untuk belajar di fakultas mekanik di universitas di Ercis. Ia terluka akibat tertimpa reruntuhan dan kini dirawat di rumah sakit.

Sementara guru bahasa Ingris, Gozde Bahar, juga berhasil dibebaskan setelah terperangkap selama 67 jam dibalik beton bangunan yang dulu menjadi tempat tinggalnya. Tetapi luka yang dideritanya membuat Bahar dalam keadaan kritis setelah sempat ditemukan dengan kondisi jantung yang berhenti sesaat.

"Tentu saja aku masih menyimpan harapan," kata tunangan Bahar, Hasan Gurcan (29), yang terlihat bingung saat dia harus menyampaikan kabar tentang penyelamatan Bahar melalui telepon.

Serangkaian penemuan korban selamat seakan menentang pernyataan pejabat bahwa kemungkinan untuk menemukan korban hidup yang masih terkubur dibawah runtuhan beton semakin kecil seiring waktu berlalu. Pasalnya suhu dingin kini menjadi ancaman nyata.

Dua perempuan yang mengamati para penyelamat mengkhawatirkan nasib mereka, sekalipun selamat dari gempa. "Tidak mungkin untuk tinggal di tenda. Lihat, lah, betapa dinginnya saat ini, dan ini masih Oktober, salju pun sebentar lagi datang. Kami punya anak usia dua tahun. Apa yang bisa kami lakukan untuknya?" kata Emine, yang hanya mengatakan berusia akhir 40-an.

Emine memberitahukan dia dan keluarganya memilih tidur di mobil, sekalipun rumah mereka tidak runtuh, tetapi retak yang menimpanya membuatnya tidak layak ditinggali lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement