Jumat 15 Jul 2011 15:08 WIB

Waduh...650 Ton Beras Bulog di Kefamenanu Hilang, Diduga Orang Dalam Terlibat

Beras
Beras

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG - Sebanyak 650 ton beras milik Divisi Regional Badan Urusan Logistik (Bulog) Nusa Tenggara Timur yang disimpan di Gudang Bulog Kefamenanu, Ibu Kota Kabupaten Timor Tengah Utara hilang dengan kerugian sebesar Rp4 miliar lebih.

"Saat melakukan inpeksi mendadak belum lama ini ditemukan 650 ton beras di Gudang Bulog Kefamenanu hilang," kata Kepala Divisi Regional Bulog NTT, Suherman saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (15/7).

Suherman menjelaskan pihak Bulog NTT berhasil membongkar sindikat penggelapan beras itu setelah melakukan investigasi dan pemeriksaan internal terkait ketersediaan beras di gudang bulog di seluruh NTT.

"Ketika investigasi dilakukan di Gudang Bulog Kefamenanu ditemukan 650 ton beras yang disimpan di gudang itu hilang," ungkap Suherman. Suherman menduga pelaku penggelapan beras di gudang bulog Kefamenanu adalah Kepala Gudang yakni DRM.

"Untuk sementara yang bersangkutan diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Kepala Gudang Bulog di Kefamenanu, pembayaran gajinya juga dihentikan," tegas Suherman yang saat memberi keterangan didamping oleh Humas Bulog NTT, Bendelina Radja.

Ia mengatakan, agar kasus ini bisa lebih terbuka tanpa harus ditutup-tutupi, maka pihak bulog NTT sudah membuat laporan tertulis kepada Kejaksaan Tinggi NTT. "Tindakan untuk menempuh jalur hukum merupakan komitmen Bulog NTT untuk memberantas mafia penggelapan beras di lingkungan Bulog sendiri," ungkapnya.

Ia mengharapkan proses hukum kasus ini bisa lebih cepat dilakukan sehingga dapat diambil tindakan terhadap pelaku secara permanen. "Bila DRM terbukti secara hukum sebagai pelaku penggelapan beras, maka saya akan pecat dia,"tegas Suherman.

Berkaitan dengan mencuatnya kasus penggelapan beras ini, Suherman mengajak seluruh karyawan Bulog NTT agar bekerja secara profesional dan effisien untuk mencapai target yang sudah ditetapkan oleh perusahaan dengan tetap memegang asas transparansi dan akuntabilitas.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement