REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Rencana pembangunan gedung DPR tampaknya akan dikaji ulang. Terutama mengenai desain bangunan. Ada rencana, bentuknya akan menjadi seperti twin tower atau menara kembar. Bentuknya, dibangun satu gedung lagi berlantai 24. Jumlah ini sama dengan gedung Nusantara I. Kemudian, dibagian atasnya akan dibangun jembatan.

Menanggapi hal ini, Ketua DPR, Marzuki Alie mengatakan kemungkinan tersebut akan dibawa ke rapat Badan Urusan Rumah Tangga (BURT). Ia mengaku sudah berbicara dengan Kepala Biro Pemeliharaan Bangunan dan Instalasi Setjen DPR, Sumirat. Mungkinkah dibuat twin tower, jadi gedung ini tambah yang baru dengan asumsi bisa digunakan untuk 600 anggota Dewan.

Ia mengatakan pihaknya tidak mengerti kenapa jumlah lantai yang disodorkan untuk dibangun berjumlah 36 atau 27 lantai. “Saya minta, tolong hitung benar berapa sebenarnya bangunan yang diperlukan. Yang penting kan bisa menampung keperluan anggota dewan untuk bekerja,” katanya saat ditemui Jumat sore, (15/4).

Sumirat, lanjutnya, pun mengatakan saat ini pembanguan gedung sedang dikaji Kementerian Pekerjaan Umum (PU) sesuai dengan permintaan DPR pada pekan lalu. Karena, persoalan ini menyangkut hal teknis yang bukan domain DPR.

Rencana ini bisa dihitung lagi dan diusahakan secara optimal. “Jadi, bukan lagi seperti yang digambar itu. Kalau bisa dibangun satu tower saja yang sama yang dengan gedung Nusantara I, itu cukup," terang Marzuki.

Terlebih lagi, aspirasi rakyat sudah begitu massif mengenai pembangunan gedung ini sehingga Marzuki benar-benar meminta agar hal tersebut ikut diperhatikan. “Dia berjanji akan melihat lagi (kemungkinan itu) dengan Kemen PU,” katanya.

Nantinya, setelah ada masukan, hal tersebut akan dibawa ke rapat BURT. “Tugas saya membawa ini ke rapat pimpinan dan mendengarkan masukan. Apapun keputusannya rapat nanti disampaikan lagi,” katanya.

Ia pun meminta masyarakat percaya kepada DPR karena pihaknya sedang berusaha untuk menghemat anggaran negara untuk biaya pembangunan gedung. "Kami pimpinan ingin membawa DPR ke arah yang lebih baik supaya DPR bisa tingkatkan kinerja jangan kita mengambil kesimpulan tanpa penjelasan," jelasnya.

[removed]// 5) { sendMessage("gtbTranslateLibReady", {"gtbTranslateError" : true}); return; } setTimeout(checkLibReady, 100);}gtbTranslateOnElementLoaded = function () { lib = google.translate.TranslateService({}); sendMessage("{EVT_LOADED}", {}, []); var data = document.getElementById("gtbTranslateElementCode"); data.addEventListener("gtbTranslate", onTranslateRequest, true); data.addEventListener("gtbTranslateCheckReady", onCheckReady, true); data.addEventListener("gtbTranslateRevert", onRevert, true); checkLibReady();};function onCheckReady() { var ready = lib.isAvailable(); sendMessage("gtbTranslateLibReady", {"gtbTranslateError" : !ready});}function onTranslateRequest() { var data = document.getElementById("gtbTranslateElementCode"); var orig = data.getAttribute("gtbOriginalLang"); var target = data.getAttribute("gtbTargetLang"); lib.translatePage(orig, target, onProgress);}function onProgress(progress, opt_finished, opt_error) { sendMessage("gtbTranslateOnProgress", {"gtbTranslateProgress" : progress, "gtbTranslateFinished" : opt_finished, "gtbTranslateError" : opt_error});}function onRevert() { lib.restore();}})(); (function(){var d=window,e=document;function f(b){var a=e.getElementsByTagName("head")[0];a||(a=e.body[removed].appendChild(e.createElement("head")));a.appendChild(b)}function _loadJs(b){var a=e.createElement("script");a.type="text/javascript";a.charset="UTF-8";a.src=b;f(a)}function _loadCss(b){var a=e.createElement("link");a.type="text/css";a.rel="stylesheet";a.charset="UTF-8";a.href=b;f(a)}function _isNS(b){for(var b=b.split("."),a=d,c=0;c[removed]

Ikuti Whatsapp Channel Republika