REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA - Warga tiga desa di lereng Merapi menolak adanya rencana pembuatan sabo dam (penahan material Merapi), yang akan dilakukan di desa mereka. Pada Jumat (4/2) pagi, sekitar 100 utusan warga lereng Merapi ini mendatangi kantor Proyek Merapi (Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak) untuk menyampaikan penolakan mereka.
Warga diterima oleh Syahril, Pejabat Pembuat Komitmen Pengendalian Banjir dan Pantai Proyek Merapi.
Warga ini berasal dari Desa Wonokerto dan Desa Girikerto (Kecamatan Turi Sleman) serta Desa Kaliurang (Srumbung, Kabupaten Magelang).
Juru bicara warga, Wagimin, mengatakan saat ini desa mereka telah dibuat patok-patok di tanah warga, yang dilakukan sejak sebelum erupsi Merapi 2010 lalu. Dari para pekerja di lapangan, kata dia, warga mendapat penjelasan patok-patok itu dipasang untuk kepentingan rencana pembuatan sabo dam di sungai-sungai yang berhulu di Merapi di kawasan desa mereka, seperti Kali Krasak dan Kali Bedog.
''Kami datang untuk menolak rencana ini. Karena, keberadaan sabo dam dapat membahayakan desa-desa kami,'' kata Wagimin.
Juru bicara warga lainnya adalah Suwaji. Warga Desa Kaliurang, Srumbung, Kabupaten Magelang ini mengatakan sabo dam memang dapat berfungsi menahan laju material Merapi agar tak menghantam wilayah aliran sungai di bawahnya. Tapi, kata dia, selama ini sabo dam juga terbukti dapat merusak kesimbangan alam di sekitar bangunan tersebut dan merusak sumber mata air di sekitarnya.
''Sawah-sawah di sekitar sabo dam juga terancam. Pasalnya, sabo dam akan menahan material Merapi dan lalu menyebar ke lahan produktif warga,'' kata Suwaji. ''Adanya sabo dam ini juga bisa membuat desa mereka rentan terhadap ancaman melubernya awan panas dan lahar Merapi.''