REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Jepang dan Indonesia terus mengembangkan sistem mitigasi bencana lahar, penahan sedimen Sabo Dam di beberapa gunung berapi di Indonesia. Sabo Dam adalah sistem penahan sedimen dari gunung merapi, dikonstruksi dari beton dan ditempatkan di sepanjang aliran-aliran lahar.
Hingga saat ini, Sabo Dam yang cukup mapan berada di aliran gunung merapi, Yogyakarta yang telah dibangun sejak 40 tahunan lalu. Jumlahnya kini telah mencapai 250 Sabo Dam. Sabo Dam berfungsi untuk mencegah sedimen yang keluar dari muntahan letusan gunung agar tidak mencapai hilir dan hanya meloloskan materi cair.
Salah satu contoh adalah Sabo Dam di Kali Gendol Bronggang yang berjumlah sekitar 16 unit Sabo Dam. Sistem di sini memiliki kapasitas menahan 1,2 juta meter kubik sedimen. Selain itu, Sabo Dam di Kali Kuning berfungsi untuk melindungi area-area vital seperti peninggalan bersejarah candi Prambanan, Borobudur, hingga pusat kota, termasuk bandara Adi Sucipto Yogyakarta.
"Saat ini, Sabo Dam terus dikembangkan," kata Kepala Balai Sabo, Dwi Kristianto di Yogyakarta. Menurutnya, saat ini Sabo Dam sedang dalam tahap pengembangan di aliran gunung Kelud.