REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR-–Menteri Kehutana, Zulkifli Hasan, mengusulkan kepada Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono X, agar Taman Nasional Merapi dibebaskan dan dihutankan kembali. Zona area hutan pembebasan tersebut dalam radius antara enam hingga 10 kilometer dari Gunung Merapi.
Usulan tersebut disampaikan Zulkifli menyusul luluh-lantaknya kawasan Taman Nasional Gunung Merapi, Sleman, Yogyakarta, akibat letusan gunung merapi beberapa waktu lalu. “Kita buat penyangga (buffer) agar aman,” ujar Zulkifli saat penanaman pohon trembesi di Pondok Pesantren Daarul Ulum, Cigombong, Lido, Kabupaten Bogor, Rabu (24/11).
Menurut dia, penyangga kawasan Taman Nasional Merapi sudah saatnya dilakukan. Penghijauan dan pengamanan areal taman tersebut mutlak dilakukan.
Selain itu, tutur dia, penanaman pohon juga bekaitan dengan langkah penghijauan secara nasional. Dengan maraknya penanaman pohon akan menurunkan suhu hingga satu derajat. Kawasan pun akan menjadi indah dan nyaman. Saat hujan turun, air mudah terserap hingga mampu mencegah terjadinya banjir. “Air hujan mahal harganya. Jangan sampai turun langsung ke laut,” tandasnya.
Karena itu pula menhut terus mengimbau agar penanaman pohon terus dilakukan. Jika satu orang per tahun membutuhkan satu ton oksigen, maka cukup banyak pohon yang harus ditanam. Khusus pohon trembesi yang sudah di atas lima tahun mampu menyerap banyak emisi dan mengeluarkan sebanyak 28 ton oksigen. Mengingat pentingnya oksigen tersebut, maka selayaknya diusung one man one tree one month.
“Dengan menanam, insya-Allah akan banyak rezeki,” jelasnya. Guna mengembangkan gerakan menanam pohon ini, menhut menyiapkan hingga 10 ribu hektare yang dikembangkan melalui pola kebun milik rakyat.
Menindaklanjuti kebijakan itu, Kemenhut mengucurkan dana masing-masing sebesar Rp 50 juta untuk setiap kelompok. Kelompok dimaksud bisa masyarakat umum, perguruan tinggi/akademisi maupun pondok pesantren.