REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG--Para pejabat di lingkungan pemerintahan Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten, yang memberi kesaksian pada persidangan di Mahkamah Konstitusi (MA) mendapat teror dari pihak tidak bertanggung jawab. "Saya dan beberapa kawan yang menjadi saksi pada persidangan di MK mendapat teror, baik dalam bentuk pesan singkat maupun didatangi langsung ke rumah," kata staf ahli bupati Pandeglang, Taufik Hidayat, yang menjadi saksi di MK, Rabu (10/11).
Menurut dia, kalau teror dalam bentuk pesan singkat diterima seluruh pejabat yang menjadi saksi, namun untuk didatangi ke rumah hanya beberapa orang saja. "Ada beberapa orang yang didatangi ke rumah, bahkan salah seorang kawan saya, pintu rumahnya digedor-gedor oleh orang tidak dikenal, tadi malam," katanya.
Taufik tidak bersedia menyebutkan pejabat yang pintu rumahnya digedor itu, dengan alasan tidak etis, dan khawatir menimbulkan masalah baru. Mengenai isi teror dalam bentuk pesan singkat yang masuk ke telepon genggam, menurut dia, bermacam-macam dan seluruhnya tidak mengenakkan.
"Bunyinya macam-macam, namun di antaranya, 'kau jangan macam-macam, nanti kubunuh' katanya mengutip pesan singkat yang ada di HP-nya dan HP rekan sesama pejabat yang bersaksi di MK.
Taufik tidak ingin mengaitkan secara langsung teror yang diterimanya itu dengan kesaksiannya pada persidangan kasus sengketa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di MK. "Saya tidak mau mengaitkan teror ini dengan kesaksian kita di MK, namun memang secara kebetulan yang mendapatkan teror itu pegawai yang memberi kesaksian pada persidangan tersebut," ujarnya.
Ia juga tidak ingin menduga-duga atau menyangka pihak yang melakukan teror tersebut, namun yang pasti dilakukan oleh orang tidak bertanggung jawab. Guna menjaga keselamatan diri, Taufik mengaku, telah meminta perlindungan petugas dari Polres dan Komando Distrik Militer (Kodim) Pandeglang.
"Secara resmi saya meminta perlindungan pada Polres dan Kodim tidak, namun saya meminta tolong pada anggota polisi dan tentara untuk pengamanan secara pribadi," katanya.