REPUBLIKA.CO.ID,SUMENEP--Penyebab meledaknya kapal tanker Pradaba berbendera Malaysia, masih misterius. Kapal yang mengangkut 80 ribu barel minyak mentah dari kilang milik PT Kangean Energy Indonesia Ltd (KEI) itu meledak di pelabuhan darurat Pertamina Jeti, Desa Sapanjang, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, Sabtu (28/8) pagi.
Menurut Kepala Desa Sapanjang, Hamsuni, tim yang terdiri dari manajemen PT Pertamina (Persero) dan manajemen PT Kangean Energy Indonesia Ltd (KEI), Ahad (29/8) pagi mendarat dengan sebuah pesawat di lapangan terbang PT KEI, Pagerungan Besar. “Mereka datang dengan rombongan besar dan langsung melakukan pengamatan dan penelitian di lokasi kejadian “ ungkap Hamsuni.
Kawasan ledakan, menurut Hamsuni, dijaga ketat oleh petugas keamanan dalam dan sejumlah Brimob yang didatangkan dari Pulau Jawa. “Jangankan ada ledakan, tidak ada ledakan saja mereka ketat menjaga kawasan Pelabuhan darurat Pertamina Jeti, apalagi sekarang mereka punya kasus.“ ujarnya.
Ia mengaku merasa asing di desanya sendiri jika berhadapan dengan kebijakan PT KEI. Termasuk keingintahuannya penyebab ledakan tanker itu. ‘’Saya kan pempimpin tertinggi di desa ini. Namun sial, tidak secuil informasi pun yang dapatkan dari PT KEI. Susah jika berhadapan dengan mereka, kami seperti menjadi orang asing di negeri sendiri,“ gerutunya, ketika dihubungi Republika dari kota Kabupaten Sumenep, yang berjarak sekitar 130 mil laut.
Sementara itu, sejumlah warga yang kaca rumahnya berantakan akibat ledakan kapal itu, menuntut ganti rugi. Jika PT KEI tidak mau memberi ganti rugi, Hamsuni berjanji akan memimpin unjuk rasa.
Ia mengaku tidak bermaksud menjelek jelekkan PT KEI, tapi fakta di lapangan, hampir 70 persen warga sekitarnya tidak suka dengan kehadiran PT KEI yang terkesan arogan dan pelit. “Mereka terkenal pelit pada warga, sehingga warga banyak memusuhi mereka (PT KEI) “ kata Hamsuni.
Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sumenep, Abdul Muthallib Faras, sudah bisa memastikan bahwa akibat ledakan di kapal tanker PT KEI, laut perairan Sapanjang dan sekitarnya mulai tercemar oleh minyak mentah. Ia sangat berharap PT KEI serius menangani kasus tumpahan minyak.
Menurut alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu, masa depan generasi muda Sumenep ada pada laut yang sekarang tercemar. “Saya minta mereka jangan menyepelekan tumpahan minyak mentah, ini masalah masa depan generasi kita,“ ujarnya.
Abdull Muthallib mengaku langsung mengontak manager PT KEY, Gusti Bagus Teja Laksana, terkait dengan pencemaran lingkungan di Sapeken dan sekitarnya. Sebab kawasan Sapeken taman lautnya sangat indah dan jenis ikan hiasnya sangat langka.
“Jika laut Sapeken tercemar, maka Sumenep kehilangan surga lautnya yang terindah di Indonesia,“ paparnya.
Untuk itu ia meminta kepada Gusti Bagus Teja Laksana agar dalam pengujian laut Sapeken, hendaknya dilakukan laboratorium independen, sehingga hasilnya lebih fair.
“ Pemda Sumenep minta, agar dibuat tim independen untuk melakukan penelitian laut Sapeken, karena cara ini lebih fair dan bertanggung jawab “ pintanya.
Ia berharap, jika telah diketahui tingkat pencemaran laut Sapeken , PT KEI mau melakukan rehabilitasi. Sebab, akibat pencemaran, biota laut akan rusak, termasuk hilangnya habitat ikan pada lokasi yang tercemar. “Kami tidak main-main, kami harap PT KEI lebih serius dalam menangani kasus ini,’’ pungkasnya.