Ahad 19 Jun 2022 16:51 WIB

Cabai Merah di Lampung Capai Rp 92 Ribu per Kg, Warga Menjerit 

Warga Lampung keberatan dengan tingginya harga cabai di pasaran

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Nashih Nashrullah
Pedagang melayani pembeli cabai merah di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung, Lampung, Kamis (16/6/2022). Berdasarkan hasil pemantauan sejumlah harga bahan pokok seperti bawang, cabai, dan telur mengalami kenaikan, sedangkan untuk ketersediaan dan pasokan bahan pokok relatif masih stabil dan mencukupi untuk kebutuhan di Bandar Lampung hingga Idul Adha 2022.
Foto: ANTARA/Ardiansyah
Pedagang melayani pembeli cabai merah di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung, Lampung, Kamis (16/6/2022). Berdasarkan hasil pemantauan sejumlah harga bahan pokok seperti bawang, cabai, dan telur mengalami kenaikan, sedangkan untuk ketersediaan dan pasokan bahan pokok relatif masih stabil dan mencukupi untuk kebutuhan di Bandar Lampung hingga Idul Adha 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Harga cabai merah di pasar tradisional Kota Bandar Lampung mencapai Rp 92.000 per kg pada Ahad (19/6/2022). 

Padahal, sebelumnya harga komoditas utama dapur dan rumah makan tersebut masih Rp 85 ribu pada pekan lalu. 

Baca Juga

Hal sama terjadi pada cabai rawit berwarna merah sudah menembus harga Rp 95 ribu sebelumnya Rp 85 ribu per kg. Kenaikan juga terjadi pada bawang merah yang sudah tembus Rp 60 ribu per kg, sebelumnya pekan lalu Rp 55 ribu per kg. 

Berdasarkan pengamatan Republika.co.id  di Pasar Pasir Gintug, pasar tradisional terbesar di Provinsi Lampung, Ahad (19/6/2022), terus naiknya harga komoditas dapur rumah tangga tersebut dikarenakan pasokan mulai berkurang dari sentra-sentra cabai dan bawang di Jawa. Hal tersebut dikarenakan kondisi alam hujan dan banjir 

“Belum ade ceritanya cabai dan bawang akan turun (harga). Sampai Lebaran Haji nanti juga akan naik terus,” kata Lekmin (52 tahun), pedagang sayur mayur di Pasar Pasir Gintung, Bandar Lampung. 

Menurut dia, harga cabai merah dan cabai rawit masih akan naik bisa tembus Rp 100.000 per kg seperti dulu. Saat ini, ujar dia, banyak petani cabai yang gagal panen karena tanaman cabainya banyak yang rontok karena faktu cuaca. 

Sedangkan naiknya harga bawang merah, menurut dia, petani bawang di Brebes, Jawa Tengah juga mengalami gagal panen, karena banyak tanaman bawang petani yang terendam banjir saat musim hujan. “Dulu ada banjir rob, naiknya air laut,” ujarnya. 

Naiknya harga cabai dan bawang menjadi keluhan ibu rumah tangga dan pemilik rumah makan atau restoran. Menurut Lina (55 tahun), ibu rumah tangga di Tanjungkarang Barat, mahalnya harga cabai merah dan bawang merah membuatnya tidak lagi menyetok komoditas tersebut untuk belanja pekanan. 

“Karena mahal saya beli untuk masa sehari-hari saja. Tidak menyetok untuk kebutuhan seminggu,” tutur Lina, ibu dua anak tersebut. 

Dia berharap pemerintah segera mengatasi lonjakan harga kebutuhan dapur rumah tangga yang memang diperbukan sehari-hari untuk masak. Naiknya harga kebutuhan dapur tersebut sangat memengaruhi pengeluaran rumah tangga dalam sebulan. 

Sedangkan pengelola rumah makan masakan Padang, juga mengeluhkan mahalnya harga cabai dan bawang. Rusman, pemilik rumah makan Saudara Lima Kandung di Bandar Lampung terpaksa mengurangi rasa pedas masakan dan bawang dalam menunya. 

“Terpaksa kita berhemat dengan cabai dan bawang, tapi tetap tidak mengurangi rasa,” kata Rusman.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement