REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Harga komoditas cabai dan bawang melonjak tajam di pasar tradisional Kota Bandar Lampung, Kamis (16/6/2022). Kenaikan harga komoditas utama dapur rumah tangga tersebut dipicu faktor alam dan bahan bakar minyak.
Berdasarkan pemantauan Republika.co.id di Pasar Pasir Gintung dan Pasar Induk Tamin dalam Kota Bandar Lampung, kenaikan yang cukup melonjak terjadi pada komoditas cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan juga telur ayam.
Para pedagang terpaksa menyetok komoditas tersebut dari agen (distributor) terbatas, dikarenakan konsumen ibu rumah tangga mulai mengurangi pembelian dengan jumlah banyak untuk stok kebutuhan pekanan. Sementara konsumen untuk kebutuhan rumah makan atau restoran juga mulai mengurangi.
Di Pasar Pasir Gintung, harga cabai merah tembus Rp 85.000 per kg, sepekan sebelumnya Rp 80.000 per kg, cabai rawit merah Rp 85.000 per kg, sebelumnya Rp 60.000 per kg. Harga bawang merah mencapai RP 55.000 per kg, sebelumnya Rp 45.000 per kg.
Sedangkan di Pasar Induk Tamin, cabai merah Rp 80.000 per kg, cabai rawit merah Rp 90.000 per kg, bawang merah Rp 58.000 per kg. Sedangkan harga telur ayam juga melonjak dengan kisaran harga Rp 25.000 sampai Rp 27.000 per kg, biasanya Rp 21.000 sampai Rp 22.000 per kg. Hal tersebut dikarenakan tingginya harga pakan ayam.
Kenaikan komoditas utama dapur rumah tangga dan rumah makan (restoran)sudah terjadi sejak dua pekan lalu. Menjelang Idul Adha, komoditas tersebut diperkirakan pedagang akan naik lagi seperti cabai merah dan bawang merah.
“Kalau melihat kondisi sekarang, sepertinya akan naik lagi lebaran haji nanti,” kata Suhaimi (50 tahun), pedagang sayur mayur di Pasar Pasir Gintung.
Menurut dia, pemicu kenaikan harga karena transportasi dan gagal panen seperti cabai dan bawang. Transportasi, kata dia, karena pihak agen kesulitan mencari bahan bakar minyak seperti solar, sedangkan gagal panen terjadi pada bawang merah di Brebes, karena banjir.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Lampung Kusnardi membenarkan telah terjadi kenaikan harga pada beberapa komoditas pertanian. Menurut dia, banyak petani yang gagal panen lantaran banjir, tanaman rontok, dan perubahan iklim lainnya.
“Penyebabnya memang kondisi alam, seperti hujan dan banjir, banyak tanaman rontok,” kata Kusnardi, yang juga Plt kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Lampung, Kamis (16/6/2022).
Dia mengatakan, perubahan iklim tersebut terjadi hampir di seluruh Indonesia, sehingga banyak petani yang mengalami gagal panen, seperti pasokan bawang merah dari Jawa ke Sumatra berkurang drastis. “Semua itu berpengaruh dengan harga,” katanya.
Hal lain yang memengaruhi harga-harga komoditas diantaranya, saat ini masih banyak alat transportasi kesulitan mencari BBM dan juga tingginya biaya produksi dalam pertanian dan perkebunan.
Advertisement