REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG, – Pemerintah Kota Semarang meluncurkan buku antologi cerita pendek bertema "Kampungku dan Kota Semarang" yang berisi 90 judul cerpen dari para pelajar dan masyarakat umum. Peluncuran ini merupakan bagian dari peringatan Hari Literasi, seperti yang dijelaskan oleh Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang, Bambang Suranggono, pada Rabu (tanggal peluncuran).
Acara ini diawali dengan workshop selama seminggu dan lomba penulisan cerpen yang diikuti sekitar 2.000 peserta, baik secara daring maupun luring. Peserta terdiri dari pelajar SD, SMP, SMA, mahasiswa, hingga masyarakat umum yang mengirimkan karyanya, menghasilkan ribuan karya yang masuk ke panitia.
Juri kemudian memilih 90 cerpen terbaik untuk dibukukan menjadi tiga antologi terpisah sesuai kategori: SD, SMP, dan SMA/umum. Menurut Bambang, kegiatan ini langsung diarahkan oleh Wali Kota Semarang agar Hari Literasi tahun ini lebih dari sekadar seremonial dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara nyata.
"Pesan Ibu Wali jelas, literasi tidak boleh berhenti di membaca dan menulis saja. Literasi harus membentuk masyarakat yang 'literate', yaitu masyarakat yang memiliki pengetahuan dan pemahaman untuk bertindak dengan benar," ujar Bambang.
Program ini juga bertujuan membangun kemampuan literasi sejak dini. Melalui lomba menulis cerpen, anak-anak SD dan SMP diajak mengenal lingkungan mereka dengan tema "Kampungku", sementara siswa SMA dan masyarakat umum diberikan tema "Kota Semarang" untuk fokus pada kemampuan menganalisis dan berkarya berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.
Bambang mencontohkan beberapa karya yang mengangkat tema kopi, meskipun Semarang bukan daerah penghasil kopi, namun tetap dikembangkan secara kreatif dengan banyaknya kafe dan barista di kota ini. Sebagai apresiasi, Pemkot Semarang memberikan penghargaan dengan total nilai Rp194 juta bagi para pemenang dari tiga kategori tersebut.
Kegiatan ini mendapat perhatian dari berbagai pihak, termasuk Bank Indonesia dan sejumlah lembaga pendidikan yang diharapkan dapat membuat kegiatan literasi di Semarang berkelanjutan tanpa bergantung penuh pada dana APBD. Dukungan juga datang dari Ketua Komisi D DPRD Kota Semarang, Mualim, yang mengapresiasi langkah Dinas Arpus dalam menumbuhkan semangat menulis dan kecintaan terhadap potensi daerah.
"Cerita tentang Lawang Sewu atau Kota Lama sudah sering kita dengar, tapi masih banyak kisah dari kampung-kampung di Semarang yang layak diangkat. Dengan menulis, anak-anak bisa menjadi bagian dari sejarah baru kota ini," kata Mualim.
Konten ini diolah dengan bantuan AI.