Ahad 09 Nov 2025 21:00 WIB

Saran Evra untuk Pemain Timnas yang Gagal ke Piala Dunia: Jangan Menyerah, Kalian ke Arah yang Benar

Evra menegaskan kegagalan itu seharusnya menjadi bahan bakar untuk lebih baik.

Patrice Evra
Foto: Dok Republika
Patrice Evra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan kapten Manchester United dan legenda timnas Prancis, Patrice Evra, memberikan pesan kepada para pemain Indonesia yang gagal lolos ke Piala Dunia 2026. Dalam wawancara bersama Republika seusai acara Simpati Clash of Stars di Jakarta, Ahad (9/11/2025) pagi, Evra mengaku memahami kesedihan publik Tanah Air.

Namun, ia menegaskan kegagalan itu seharusnya menjadi bahan bakar, bukan alasan untuk berhenti bermimpi. Evra memahami ini setelah menerima dua jersey tim nasional Indonesia dari pihak pengundangnya.

Baca Juga

“Saya pikir negara ini sangat sedih karena tidak bisa lolos ke Piala Dunia. Tapi saya tahu, mereka sangat dekat. Mungkin ini yang paling dekat sepanjang sejarah, kata Evra.

Evra juga menyinggung nama Patrick Kluivert, pelatih asing yang sempat menangani timnas Indonesia. “Saya bersimpati dengan teman saya, Patrick Kluivert, mantan pelatih sebelumnya. Tapi saya bilang pada mereka (pengundang), saya juga sering kalah di banyak final,” ucapnya.

Menurut Evra, rahasia terbesar dalam kariernya adalah satu hal sederhana, yakni tidak pernah menyerah. “Anda harus tidak pernah menyerah. Percaya pada diri sendiri. Kalian sedang bergerak ke arah yang benar,” katanya dengan nada tegas.

Evra paham benar arti sebuah Piala Dunia bagi bangsa. “Ketika sebuah negara lolos ke Piala Dunia, atmosfernya berubah total. Anda bisa punya masalah ekonomi atau apapun, tapi saat tim nasional main di Piala Dunia, semua orang bersatu mendukung,” tuturnya.

Ia kemudian memberi nasihat untuk bekerja lebih keras dari siapa pun. “Kalian terlalu dekat, jadi kalian harus melakukan hal tambahan. Selalu lakukan sesuatu yang ekstra,” ujarnya.

Evra mengingat masa kecilnya di pinggiran Paris. “Saya dulu bermain bola di parkiran mobil, di lantai rumah, di mana saja. Orang-orang bilang saya gila, tapi saya tahu itu hal tambahan yang membuat saya berbeda,” kenangnya.

Ia juga menolak alasan kelelahan sebagai penghambat mimpi. “Saya benci kata ‘penat’. Karena nanti saya punya banyak waktu untuk istirahat ketika sudah mati. Jadi kenapa harus bilang capek?” katanya. “Meski lelah, saya tidak pernah bilang saya butuh isi ulang. Selalu tetap positif.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement