REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah dunia yang terus berubah, empati, dialog, dan kerja sama global menjadi kunci menjaga harmoni antarbangsa. Konflik dan krisis yang muncul di berbagai belahan dunia mengingatkan banyak orang akan rapuhnya persatuan manusia, sekaligus pentingnya membangun saling pengertian.
Diplomasi sejati melampaui proses tawar-menawar formal yang sering terjadi di meja perundingan, karena inti dari diplomasi tersebut adalah adanya kemauan yang tulus dan ikhlas dari semua pihak yang terlibat. Kemauan ini menjadi fondasi bagi terciptanya jembatan pemahaman yang kokoh di antara berbagai perbedaan, baik itu dalam hal budaya, kepentingan nasional, maupun pandangan politik.
Alih-alih hanya berfokus pada kemenangan pihak sendiri, diplomasi sejati menekankan pada pentingnya mencari titik temu dan solusi bersama, dengan menempatkan pemahaman dan saling pengertian sebagai prioritas utama. Ini mendorong terciptanya kerja sama yang tidak hanya menguntungkan satu pihak, tetapi juga membangun hubungan yang kuat dan saling percaya, yang merupakan kunci untuk penyelesaian masalah yang langgeng dan efektif.
Lebih dari itu, diplomasi sejati memandang masa depan sebagai sebuah proyek bersama yang membutuhkan komitmen jangka panjang. Dengan bekerja sama secara tulus, para pihak dapat membangun landasan bagi perdamaian yang berkelanjutan, menciptakan stabilitas, dan bersama-sama mengatasi tantangan global yang kompleks, seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan konflik.
Pendekatan ini memungkinkan semua pihak untuk melihat di luar kepentingan jangka pendek dan berinvestasi dalam solusi yang menguntungkan semua, yang pada akhirnya akan menciptakan dunia yang lebih harmonis dan adil untuk generasi mendatang.
Dengan semangat tersebut, Sekolah HighScope Indonesia – T.B. Simatupang, di bawah naungan Research and Development for Advancement (Redea Institute), kembali menyelenggarakan HighScope Model United Nations (HSMUN) 2025. Mengusung tema “Diplomasi Berkelanjutan: Tanggung Jawab Global di Masa Depan yang Tak Pasti,” kegiatan ini mengajak para siswa sekolah menengah atas berperan sebagai pemimpin dunia. Mereka belajar menghadapi tantangan global melalui diskusi mendalam, kerja tim, dan strategi diplomasi.
“Topik ini terasa sangat relevan di tengah dunia yang setiap harapan seolah diiringi tragedi,” ujar Abimanyu Satyo Hutomo, Sekretaris Jenderal HSMUN 2025. “Kekhawatiran saya bukan hanya bagi mereka yang hidup hari ini, tetapi juga bagi generasi yang akan mewarisi masa depan. Kita adalah calon pemimpin dunia, dan tanggung jawab memperbaiki dunia berada di pundak kita semua.”
Sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 2008, HSMUN lahir dari semangat para siswa untuk memberi dampak nyata melalui diplomasi. Kini, setelah tujuh belas tahun berjalan, HSMUN berkembang menjadi salah satu konferensi Model United Nations tingkat SMA paling bergengsi di Indonesia. Forum ini terus menjadi ruang bagi generasi muda untuk menyalurkan aspirasi, mengasah kemampuan berpikir kritis, serta memahami pentingnya kolaborasi global.
Rangkaian kegiatan HSMUN 2025 dimulai pada 15 Oktober 2025 dengan technical meeting yang dihadiri seluruh peserta. Dalam pertemuan tersebut, para pembicara tamu, termasuk Alvin Adityo, Sekretaris Jenderal Indonesian Youth Diplomacy, berbagi wawasan tentang praktik diplomasi dan kepemimpinan global. Seperti tradisi sebelumnya, sesi MUN 101 juga diselenggarakan untuk memperkenalkan aturan dan prosedur sidang. Adapun konferensi utama HSMUN ke-17 akan berlangsung pada 22–23 Oktober 2025, menandai perjalanan panjang diplomasi muda yang terus menginspirasi.