REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKA RAYA -- Limbah kulit nanas ternyata bisa mendatangkan cuan. Melalui proses fermentasi, kulit nanas dapat dijadikan tepache yaitu minuman dengan sedikit asam dan berprobiotik. Tepache merupakan minuman tradisional asal Meksiko.
Peluang menghasilkan cuan ini dihadirkan tim dosen Universitas Palangka Raya (UPR) yang melaksanakan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) di Kelompok Tani Sido Dadi Palangka Raya.
Tim PKM Dosen terdiri dari Decenly, M.Si. (Fakultas MIPA), Reny Rosalina, M.Si (Fakultas MIPA), drh. Rian Ka Praja, SKH., M.Biomed., Ph.D (Fakultas Kedokteran), apt. Muhammad Priyadi, M.Farm. (Fakultas MIPA) dan dibantu oleh mahasiswa.

Ketua tim PKM, Decenly mengatakan kegiatan ini mengusung tema 'Pendampingan Kewirausahaan dalam Pengembangan Penelitian Tepache Berprobiotik Sebagai Produk Olahan Bernilai Tambah dan Ramah Kesehatan pada Kelompok Tani Sido Dadi Kota Palangka Raya'.
Ia mengungkapkan, timnya melakukan transfer pengetahuan dan teknologi pembuatan produk minuman tepache. Kegiatan ini mendapat dukungan dan pendanaan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UPR melalui program pengabdian kepada masyarakat tahun anggaran 2025.
"Ini merupakan komitmen UPR dalam mendorong inovasi berbasis potensi lokal di Kalimantan Tengah," kata Decenly dalam rilisnya yang diterima Republika.co.id, Ahad (19/10/2025).
Decenly menjelaskan pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para petani dalam mengolah limbah kulit nanas menjadi produk bernilai tambah yang sehat dan berpotensi ekonomi tinggi.
Ia berharap melalui kegiatan ini, kelompok tani Sido Dadi selain dapat pengetahuan baru. Selain itu, pelatihan ini diharapkan menumbuhkan semangat berinovasi dan mengembangkan usaha berbasis produk lokal yang sehat dan bernilai jual tinggi.
Mengubah Limbah Menjadi Cuan
Kegiatan ini diisi oleh dua narasumber dengan materi yang saling melengkapi. Materi pertama disampaikan oleh Muhammad Priyadi, yang membahas secara mendalam tentang pengenalan dan pemanfaatan tepache sebagai minuman fermentasi tradisional berbasis probiotik.
Priyadi menjelaskan tepache bisa menjadi solusi untuk memanfaatkan limbah nanas menjadi produk minuman yang tidak hanya menawarkan rasa segar khas, tetapi juga memiliki manfaat kesehatan bagi pencernaan karena kandungan mikroorganisme baik hasil fermentasi.
Priyadi menilai produk ini cocok untuk dikembangkan di daerah tropis seperti Kalimantan Tengah khususnya Kota Palangka Raya yang memiliki produksi nanas melimpah.
Sementara itu, narasumber kedua menghadirkan praktisi digital marketing yang membahas strategi pemasaran produk lokal berbasis digital. Ia memaparkan cara-cara efektif menggunakan media sosial, marketplace, dan teknik branding untuk memperluas jangkauan pasar untuk tepache.
Selain sesi penyampaian materi, peserta juga diajak langsung mengikuti praktik pembuatan tepache dari kulit buah nanas. Proses ini menggunakan bahan-bahan sederhana seperti kulit nanas, gula, rempah-rempah, air matang, dan toples kaca.
Peserta dilatih mencuci bahan, mencampur sesuai takaran, hingga memahami proses fermentasi alami yang berlangsung selama 2-3 hari. Praktik ini menjadi momen yang sangat antusias diikuti oleh peserta karena memberikan pengalaman langsung yang aplikatif.
Ketua kelompok tani Sido Dadi, Muhammad Ferdiansyah, menyambut baik kegiatan ini dan menyampaikan testimoni positif atas manfaat yang dirasakan oleh anggotanya.
"Kami sangat senang bisa belajar cara membuat produk baru dari kulit nanas yang selama ini hanya dibuang. Harapan kami, keterampilan ini bisa terus dikembangkan agar menjadi peluang usaha yang berkelanjutan. Terima kasih kepada tim pengabdian dari UPR yang telah hadir dan mendampingi kami," ujarnya.