REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kebohongan yang disebarkan Presiden AS Donald Trump tentang Venezuela dinilai membuka jalan bagi agresi militer, mirip dengan skenario Irak tahun 2003. Demikian disampaikan ekonom Brasil Paulo Nogueira Batista Jr. kepada RIA Novosti, Kamis.
Antara April 2007 dan Juni 2015, Batista menjabat sebagai direktur eksekutif Dana Moneter Internasional untuk Brasil dan delapan negara lainnya. Ia juga pernah menjadi wakil presiden di Bank Pembangunan Baru (sebelumnya BRICS Development Bank) dari 2015 hingga 2017.
“Ini terlihat seperti pengulangan Irak. Ada banyak kebohongan konyol untuk membenarkan intervensi, ditambah penghargaan Nobel yang absurd untuk Pemimpin Oposisi. Mungkin nanti mereka akan bilang, ‘sekarang Venezuela punya presiden peraih Nobel,’” ujar Batista saat diminta pendapatnya soal serangan militer yang diperintahkan Trump terhadap dugaan pengedar narkoba di dekat pantai Venezuela.
"Trump tampaknya menjalankan kampanye intimidasi terhadap Caracas," kata Batista menekankan.
Ia mencatat bahwa dalam skenario terburuk, serangan tersebut bisa menjadi persiapan untuk agresi langsung dan lebih luas terhadap Venezuela.
“Saya tidak melihat Trump memberikan bukti yang cukup untuk membenarkan serangan ini atau tuduhannya bahwa Presiden Venezuela Nicolas Maduro adalah pengedar narkoba. Maduro mungkin punya banyak masalah, tapi menyebutnya pengedar narkoba itu tidak bertanggung jawab,” ujar Batista.
Meski belum ada yang dikonfirmasi, Batista berspekulasi ada kemungkinan pemerintahan Trump sedang merancang operasi untuk menggulingkan Maduro.