REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Meski digembar-gemborkan sebagai perjanjian damai yang akan membawa perdamaian di Timur Tengah, kemerdekaan Palestina lagi-lagi dikesampingkan dalam konferensi tingkat tinggi di Sharm el-Sheikh, Mesir. Presiden AS Donald Trump mengakui, solusi satu negara maupun dua negara tak ada dalam pembicaraan.
Presiden AS Donald Trump mengatakan saat ini dirinya fokus membangun kembali Jalur Gaza setelah mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang yang meluluhlantahkan wilayah tersebut selama lebih dari dua tahun. Trump tidak menyebutkan solusi dua negara dalam pidato resminya saat berkunjung ke Israel dan Sharm el-Sheikh, Mesir, pada Senin.
Dia membatasi dirinya untuk mengadvokasi rencananya, yang didukung oleh Hamas dan Israel dan mendapat dukungan luas internasional. Dalam perjalanan kembali dari Sharm el-Sheikh ke Washington, Trump menghindari pertanyaan tentang solusi dua negara saat berbincang dengan wartawan di pesawat Air Force One.
“Banyak orang menginginkan solusi satu negara, dan yang lain menginginkan solusi dua negara. Kita sedang membicarakan pembangunan kembali Gaza, bukan solusi satu negara atau dua negara,” katanya.
Dalam pidatonya di Sharm el-Sheikh, Presiden AS menyerukan era baru harmoni di Timur Tengah. Ia mengatakan kepada sekelompok pemimpin dunia, "Kita mempunyai kesempatan sekali seumur hidup untuk mengesampingkan perseteruan lama dan kebencian yang pahit." Ia mendesak mereka yang hadir untuk menyatakan bahwa “masa depan kita tidak akan ditentukan oleh pertempuran generasi masa lalu.”

Sebelumnya, Trump berbicara di hadapan Knesset Israel dan mengatakan, "Sudah waktunya untuk menerjemahkan kemenangan melawan teroris di medan perang menjadi hadiah utama berupa perdamaian dan kemakmuran di seluruh Timur Tengah." Trump berjanji membantu membangun kembali Gaza dan mendesak warga Palestina untuk “mundur selamanya dari jalur teror dan kekerasan.”
Selama Majelis Umum PBB bulan lalu, Trump mengkritik meningkatnya dukungan internasional terhadap pembentukan negara Palestina, terutama dari sekutunya. Trump mengatakan hal ini sama saja dengan memberikan imbalan kepada Hamas atau menyerah kepada Hamas. "Ada pihak-pihak yang berusaha mengakui negara Palestina secara sepihak, seolah-olah mereka mendorong berlanjutnya konflik. Imbalannya akan sangat besar bagi teroris Hamas atas tindakan brutal mereka," ujarnya kala itu.