Kamis 09 Oct 2025 09:41 WIB

Hamas Konfirmasi Gencatan Senjata Tercapai

Hamas mendesak Trump dan negara penjamin wajibkan Israel patuhi perjanjian.

Pejuang Hamas berdiri dalam formasi menjelang upacara penyerahan sandera Israel ke Palang Merah di Nuseirat, Jalur Gaza, 22 Februari 2025.
Foto: AP Photo/Adel Kareem Hana
Pejuang Hamas berdiri dalam formasi menjelang upacara penyerahan sandera Israel ke Palang Merah di Nuseirat, Jalur Gaza, 22 Februari 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kelompok perjuangan Palestina Hamas mengonfirmasi bahwa pihaknya telah mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang di Jalur Gaza dan memastikan penarikan pasukan Israel dari wilayah kantong Palestina tersebut. Sebelumnya pada Rabu (8/10/2025), Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menandatangani tahap pertama perjanjian damai Gaza yang diusulkan AS.

"Hamas mengumumkan telah mencapai sebuah kesepakatan yang meliputi berakhirnya perang di Jalur Gaza, penarikan pasukan Israel, pengiriman bantuan serta pertukaran tahanan," kata kelompok tersebut melalui pernyataan, Rabu.

Baca Juga

Hamas juga mendesak Presiden Trump dan negara-negara penjamin perjanjian Gaza untuk mewajibkan Israel menjalankan kesepakatan tersebut.

"Kami menekankan bahwa pengorbanan rakyat kami tidak akan sia-sia. Kami akan tetap setia pada janji kami dan tidak akan melepaskan hak-hak nasional rakyat kami, termasuk kebebasan, kemerdekaan dan hak untuk menentukan nasib sendiri," demikian isi pernyataan tersebut.

Hamas juga telah menyerahkan sebuah daftar berisi nama-nama warga Palestina yang mereka minta harus dibebaskan oleh Israel. Lewat pernyataan via Telegram, tahanan Palestina akan dilepas melalui proses pertukaran tahanan yang sejalan dengan kriteria yang disetujui dalam perjanjian gencatan senjata.

 

 

Pernyataan Hamas menyebutkan, para tahanan Palestina yang saat ini berada di penjara Israel adalah prioritas utama Hamas, dan upaya akan terus berlanjut "hingga tahanan terakhir Palestina dibebaskan".

photo
Marwan Barghouti pada hari pembukaan persidangannya di pengadilan distrik Tel Aviv pada Agustus 2002. - (Brennan Linsley/AP Photo)
 

Sebelumnya, Hamas dilaporkan menuntut pembebasan sejumlah tokoh pejuang Palestina yang saat ini menjalani penahanan di Israel sebagai bagian dari kesepakatan pembebasan sandera dan gencatan senjata di Gaza. Diketahui, perundingan antara Hamas dan Israel akan dimulai Senin (6/10/2025) bertempat di Kairo Mesir.

Dilaporkan Times of Israel, Senin, sumber Channel 12 menyebutkan bahwa, di antara yang diminta Hamas untuk dibebaskan adalah Marwan Barghouti yang saat ini menjalani hukuman penjara seumur hidup atas keterlibatannya dalam aksi Intifada Kedua pada September 2000.

Barghouti hingga kini diyakini menjadi salah satu tokoh paling populer di kalangan rakyat Palestina. Dalam enam kali jajak pendapat yang digelar oleh Pusat Penelitian dan Survei Palestina antara September 2023 dan Mei 2025, Barghouti muncul sebagai kandidat saat responden ditanya siapa yang akan mereka pilih menjadi presiden jika Palestina merdeka.

Mengutip sumber Hamas, Channel 12 melaporkan bahwa, Hamas tidak akan menyerah dalam upaya membebaskan para tokoh tersebut meski harga yang harus dibayar adalah kegagalan dari proses perundingan di Kairo. Di Israel sendiri kini terdapat 303 tahanan yang menjalani hukuman penjara seumur hidup. 

photo
20 Poin Rencana Donald Trump untuk Akhiri Perang di Gaza - (Republika)

 

 

 

 

 

sumber : Antara, Sputnik-OANA, ANadolu
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement