REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT – Dunia dihebohkan dengan ramai pengakuan negara Palestina oleh negara-negara Eropa seperti Prancis dan Inggris. Namun di Palestina, penduduk Tepi Barat yang dikuasai Israel merasa bahwa tindakan tersebut hanya akan berdampak kecil pada kehidupan sehari-hari mereka.
Di jalan-jalan Ramallah – pusat Otoritas Palestina – tidak ada layar yang menayangkan pertemuan PBB di mana Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan pengakuan tersebut, dan sebagian besar mengatakan mereka tidak akan menontonnya. “Tentu saja (pengakuan) adalah hal yang baik, tapi meski seluruh dunia mengakuinya, situasi Palestina tidak akan membaik,” kata Zain Abdel Wahab (18 tahun), di wilayah perbelanjaan yang sepi di Ramallah dilansir kantor berita Prancis AFP.
"Perang di Gaza telah berlangsung selama dua tahun. Apa manfaat pengakuan ini bagi kami? Apakah perang akan berakhir? Tidak, perang akan terus berlanjut," katanya, seraya menambahkan bahwa kondisi ekonomi di Tepi Barat sedang memburuk.
Banyak warga Palestina menyatakan ketidaktertarikannya pada gelombang negara-negara yang mengakui negara mereka. Selain masalah dominasi Israel, sebagian warga Palestina melihat pengakuan negara-negara Barat saat ini hampir seperti penghinaan.
“Kami tidak memerlukan negara saat ini, kami memerlukan keadilan,” kata Osama Khatib kepada ABC di Ramallah. “Kalian harus mengakui keberadaan kami supaya kami ada? Kami sudah ada sejak dulu,” ia melanjutkan.

Rasha (37) yang hanya menyebutkan nama depannya, mengatakan dia tidak peduli dengan perubahan sikap Barat tersebut. “Barat… membesar-besarkan hal ini, namun hal ini tidak membuat perbedaan apapun bagi warga Palestina, hal ini tidak membuat perubahan apapun dalam kehidupan kita sehari-hari.”
“Terlalu berisiko (untuk pergi ke Jenin) karena semua pemukim menyerang kami, dan… sekarang ada terlalu banyak pos pemeriksaan,” lanjutnya. “Begitulah kondisi ‘negara Palestina’ yang mereka akui.”
Menyusul langkah Inggris, Kanada dan Australia yang mengakui negara Palestina, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berjanji untuk memperluas permukiman di Tepi Barat, dan menambahkan bahwa tidak akan ada negara seperti itu. Terlebih lagi, langkah para pemimpin Barat ini terjadi ketika Israel melancarkan serangan baru di Kota Gaza.