REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Pakistan pada Jumat (12/9/2025) menjanjikan dukungannya kepada Qatar untuk mempertahankan kedaulatannya setelah serangan udara Israel menargetkan para pemimpin Hamas di Doha pada Selasa (9/9/2025). Serangan itu meningkatkan kekhawatiran tentang potensi eskalasi militer di wilayah yang sudah bergejolak.
Israel berusaha membunuh para pemimpin politik Hamas, yang digambarkan Amerika Serikat (AS) sebagai serangan sepihak yang tidak memajukan kepentingan negeri Paman sam dan Israel. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengutuk serangan tersebut, tetapi tidak menyebut Israel dalam pernyataan yang disetujui oleh seluruh 15 anggota pada pertemuan darurat yang diadakan atas permintaan Aljazair, Pakistan, dan Somalia.
Pada Kamis (11/9/2025), Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif bertemu dengan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani di Doha untuk menekankan persatuan umat Muslim. Sementara negara Teluk tersebut menyerukan tanggapan regional kolektif terhadap serangan udara Israel.
"Perdana Menteri menyampaikan kecaman keras Pakistan atas serangan Israel di Doha pada 9 September, menyebutnya sebagai pelanggaran terang-terangan dan nyata terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Qatar," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Pakistan, Shafqat Ali Khan, kepada para wartawan di Islamabad.
"Pakistan akan terus berdiri bahu-membahu dengan rakyat Qatar dan para pemimpin Qatar dalam membela kedaulatan dan keamanan nasional mereka," kata Shafqat dikutip dari Arab News.
Shafqat mengatakan, para pemimpin dan rakyat Pakistan sangat terganggu oleh serangan tersebut. "Perdana Menteri menekankan bahwa agresi Israel saat ini di Timur Tengah harus dihentikan dan umat membutuhkan persatuan di antara mereka dalam menghadapi provokasi Israel," ujarnya.
"Perdana Menteri menghargai peran Qatar yang bertanggung jawab, konstruktif, dan mediasi dalam upaya mewujudkan perdamaian di Gaza dan menekankan bahwa tindakan agresi Israel tersebut jelas dimaksudkan untuk merusak stabilitas regional dan mengancam upaya diplomatik dan kemanusiaan yang sedang berlangsung," ucap Shafqat.