Kamis 11 Sep 2025 17:12 WIB

Qatar Merasa Dikhianati AS, Bagaimana Nasib Pangkalan Militer al-Udeid?

Qatar akan melakukan evaluasi mendalam terhadap kemitraan keamanannya dengan AS.

Asap mengepul dari ledakan yang diduga akibat serangan Israel di Doha, Qatar, Selasa, 9 September 2025.
Foto: UGC via AP
Asap mengepul dari ledakan yang diduga akibat serangan Israel di Doha, Qatar, Selasa, 9 September 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Pemerintah Qatar sedang meninjau kemitraan keamanannya dengan Amerika Serikat. Hal ini menyusul serangan Israel di ibu kotanya yang menargetkan para pemimpin Hamas. Demikian dilaporkan Axios melaporkan pada Kamis (11/9/2025).

Menurut laporan tersebut, Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim al-Thani memberi tahu Gedung Putih bahwa Doha menganggap serangan itu sebagai bentuk pengkhianatan oleh Washington.

Baca Juga

Lebih lanjut, al-Thani dilaporkan memberi tahu Utusan Khusus Steve Witkoff bahwa Qatar akan melakukan evaluasi mendalam terhadap kemitraan keamanannya dengan AS. "Dan mungkin mencari beberapa mitra lain," tulis Axios melaporkan, mengutip sumber yang memiliki pengetahuan langsung.

Seperti diketahui AS punya pangkalan militer terbesar di Qatar. Pangkalan militer Al-Udeid yang didirikan pada 1996 mampu menampung lebih dari 10 rirbu personel dan sekitar 100 pesawat, termasuk drone. Al Udeid berfungsi sebagai markas Komando Pusat AS (CENTCOM), yang mengawasi operasi militer di Irak, Suriah, dan Afghanistan.

Media Israel, Times of Israel mengutip Channel 12 melaporkan bahwa Tel Aviv telah memberitahu AS soal rencana menyerang pemimpin Hamas di Qatar.

Informasi itu disampaikan ketika jet Israel telah mengudara dan sedang menuju ke timur. Kabar itu juga sudah sampai ke Trump dan diminta untuk menginformasikan ke pemimpin Qatar. Namun pesan itu sepertinya tak sampai atau telat.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed Al-Ansari menyangkal bahwa Qatar telah mendapat notifikasi atas serangan itu. "Laporan yang menyebut kami dapat informasi itu tak berdasar," ujarnya.

Presiden AS Donald Trump mengatakan serangan itu diputuskan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, bukan keputusannya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement