REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Turki dan Mesir seperti laporan Wall Street Journal pada Selasa (8/9/2025) sudah memberikan peringatan kepada pimpinan Hamas agar memperketat pengamanan pertemuan mereka beberapa pekan sebelum Israel melancarkan serangan ke Doha, Qatar. Serangan Israel itu diketahui gagal mencapai tujuan, karena beberapa pemimpin Hamas dilaporkan selamat.
Menurut laporan WSJ, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberikan otorisasi serangans setelah menerima laporan dari pemimpin militer bahwa mereka memiliki kesempatan menarget pejabat senior Hamas. Sedikitnya 10 pesawat jet melepaskan munisi jarak jauh dari luar ruang udara Qatar, lalu menghantam gedung tempat di mana para pemimpin Hamas menggelar rapat.
Mengutip beberapa pejabat Israel dan Arab, pertemuan itu digelar guna membahas proposal gencatan senjata Gaza yang disodorkan oleh Amerika Serikat (AS) lewat utusan, Steve Witkoff. Pemimpin Hamas, Khalil al-Hayya dan Zaher Jabarin di antara yang hadir, dan selamat dari upaya pembunuhan.
Menurut WSJ, Gedung Putih diinformasikan oleh Israel terkait rencana serangan hanya beberapa menit setelah jet-jet tempur dikirim menuju ke Doha, namun tidak diberi tahu titik targetnya. Gedung Putih pun, menurut laporan WSJ, baru diberi tahu setelah rudal-rudal ditembakkan, dan Presiden Donald Trump kemudian mengekspresikan "ketidaksenangannya" atas serangan dan lokasi serangan.