REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Setidaknya 63 warga Palestina syahid dalam serangan Israel di Gaza ketika pasukan penjajah merangsek lebih jauh ke Kota Gaza, akhir pekan ini. Ini sebagai bagian dari upaya mereka untuk merebut kota tersebut dan memaksa sekitar satu juta orang mengungsi.
Jurnalis Muhammad Rabah melaporkan, di tengah pemboman Israel yang sedang berlangsung di berbagai wilayah di Kota Gaza, khususnya di kamp Jabaliya, lingkungan Zeitoun, dan lingkungan Sabra, sejumlah besar penduduk terpaksa mengungsi ke Deir al-Balah. Di Sana mereka mendirikan tenda di jalan-jalan dan lapangan umum untuk mencari perlindungan yang aman.
Para pengungsi, yang meninggalkan rumah mereka akibat pemboman tersebut, menghadapi kondisi kemanusiaan yang sulit, termasuk kurangnya air bersih, kurangnya layanan kesehatan, dan penyebaran penyakit karena kepadatan penduduk dan sanitasi yang buruk.
Hal ini terjadi ketika Israel melanjutkan perang pemusnahannya terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza, yang menewaskan dan melukai ribuan orang. Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan pada hari Sabtu bahwa jumlah korban jiwa di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 62.622 orang, mayoritas di antaranya adalah anak-anak dan perempuan, sejak dimulainya agresi pendudukan Israel pada 7 Oktober 2023.
Sementara Al Jazeera memperoleh rekaman pada Sabtu yang menunjukkan tank-tank Israel maju ke lingkungan Sabra di Kota Gaza, menandakan perluasan invasi darat militer ke daerah tersebut.
Sabra berada di dekat lingkungan Zeitoun yang terkepung, yang semakin menjadi sasaran tentara Israel selama seminggu terakhir. Sebuah sumber di Rumah Sakit al-Ahli Kota Gaza mengatakan kepada Al Jazeera bahwa seorang anak syahid dalam pemboman terbaru Israel di Sabra.
Sebelumnya pada Sabtu, Israel menembakkan artileri ke tenda-tenda yang menampung keluarga pengungsi di daerah Asdaa barat laut Khan Younis di Gaza selatan, menewaskan 16 orang, termasuk enam anak-anak, kata sumber medis.
Serangan itu menargetkan tenda-tenda yang menampung pengungsi di Khan Younis, yang menjadi rumah bagi ratusan ribu orang yang melarikan diri dari tempat lain di Gaza. Lebih dari separuh korban tewas adalah perempuan dan anak-anak, lapor Associated Press.
Awad Abu Agala, paman dari dua anak yang meninggal, mengatakan kepada AP bahwa tidak ada tempat di Gaza yang sekarang aman. "Seluruh Jalur Gaza dibom... Di selatan. Di utara. Di mana-mana," kata Abu Agala, menjelaskan bahwa anak-anak menjadi sasaran serangan saat berada di tenda mereka.