Jumat 22 Aug 2025 06:59 WIB

Wamen Stella tak Sangkal Laporan Soal 13 Kampus Diragukan Integritas Penelitiannya

Pemerintah menyiapkan sejumlah langkah meningkatkan kualitas riset di Indonesia.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Fitriyan Zamzami
Akademisi Stella Christie tiba di kediaman Presiden Terpilih Prabowo Subianto, Kertanegara, Jakarta Selatan, Selasa (15/10/2024).
Foto: Republika/Prayogi
Akademisi Stella Christie tiba di kediaman Presiden Terpilih Prabowo Subianto, Kertanegara, Jakarta Selatan, Selasa (15/10/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Stella Christie, menyatakan telah membaca laporan studi terkini soal meragukannya integritas penelitian kampus-kampus di Indonesia. Ia mengakui masih banyak jurnal abal-abal di Indonesia akibat ekosistem penelitian yang belum ideal.

Republika melaporkan beberapa waktu lalu, sebuah metodologi pelacakan integritas penelitian terbaru memasukkan sebanyak 13 kampus di Indonesia ke dalam kategori diragukan. Hasil itu dimuat dalam laporan Research Integrity Risk Index (RI²) yang dikembangkan Profesor Lokman Meho di American University of Beirut.

Baca Juga

"Tetapi yang ingin saya fokuskan, ini bukan kesalahan individu. Tidak ada orang-orang, tidak ada peneliti-peneliti atau dosen-dosen yang ingin memplagiat," kata Stella di Grand Hyatt, Jakarta, Kamis (21/8/2025).

Menurut dia, masih maraknya jurnal abal-abal di Indonesia adalah akibat ekosistem penelitian yang belum ideal. Pasalnya, kampus-kampus umumnya masih mengejar kuantitas dalam penelitian, alih-alih kualitas. "Kita harus becermin. Ini berarti ekosistem yang ada pada saat ini belum ideal, karena belum menginsentifkan sesuatu yang tepat," ujar Stella. 

Menurut dia, harus ada perubahan dalam ekosistem penelitian di Indonesia, yang tidak lagi mengejar kuantitas. Ia menilai, penelitian harus dilakukan berbasis kualitas. Perubahan paradigma itu akan sangat meminimalisasi potensi plagiat atau munculnya jurnal abal-abal dari institusi pendidikan. 

Stella mengatakan, saat ini pihaknya tengah merevisi Indikator Kinerja Utama (IKU) yang biasa diberikan kepada universitas. Dalam revisi itu, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti) bakal lebih menekankan soal kualitas penelitian dibanding kuantitas.  "Agar apa sih yang harus dimasukkan. Jadi bukan jumlahnya, tetapi kualitasnya," ujar dia.

Selain itu, pihaknya juga bakal mengurangi beban kerja dosen agar bisa menghasilkan penelitian yang berkualitas. Tak hanya itu, pihaknya juga akan menambah dukungan pendanaan untuk penelitian. 

"Ada tambahan dana riset Rp 1,8 triliun yang sudah kami dapatkan dari mitra kami LPDP, dan penting sekali kita juga memberikan insentif langsung bagi peneliti," kata dia.

Stella berharap, berubahnya ekosistem itu dapat membuat kualitas penelitian yang dihasilkan makin baik. Di sisi lain, para peneliti juga bakal terdorong melakukan riset yang berkualitas karena bisa mendapatkan insentif langsung. 

"Jadi membuat ekosistem yang memberikan insentif bagi kualitas dan bukan kuantitas. Saya rasa itu akan ke depan mengurangi permasalahan tersebut," kata Stella.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement