Jumat 01 Aug 2025 15:43 WIB

Gempa Magnitudo 8,7 Rusia Jadi Peringatan Bagi Negara-Negara Cincin Api, Termasuk Indonesia

Kamchatka mirip secara tektonik dengan wilayah barat Sumatra dan selatan Jawa.

Perahu tertambat di pesisir pantai Leato Selatan, Kota Gorontalo, Gorontalo, Rabu (30/7/2025). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Gorontalo merilis dampak gempa tektonik magnitudo 8,7 di dekat pesisir timur Kamchatka, Rusia berpotensi menimbulkan tsunami setinggi 0,5 meter di wilayah Kota Gorontalo.
Foto: ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin
Perahu tertambat di pesisir pantai Leato Selatan, Kota Gorontalo, Gorontalo, Rabu (30/7/2025). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Gorontalo merilis dampak gempa tektonik magnitudo 8,7 di dekat pesisir timur Kamchatka, Rusia berpotensi menimbulkan tsunami setinggi 0,5 meter di wilayah Kota Gorontalo.

REPUBLIKA.CO.ID, Semenanjung Kamchatka, Rusia diguncang gempa hebat bermagnitudo 8,7 pada Rabu (30/7). Gempa yang memicu gelombang tsunami itu dinilai pakar gempa dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Irwan Meilano sebagai peringatan bagi negara-negara Cincin Api Pasifik, termasuk Indonesia.

Gempa besar yang memberi dampak gelombang tsunami tersebut, kata Irwan, sekaligus memperingatkan kejadian ini tidak bisa dipandang sebagai bencana lokal semata, melainkan sebagai peringatan keras bagi negara-negara yang dimaksud.

Baca Juga

"Gempa ini terjadi di zona seismic gap, yakni wilayah yang secara historis pernah mengalami gempa besar namun telah lama tidak aktif. Artinya, ini adalah bom waktu yang akhirnya meledak," kata Irwan di Bandung, Kamis (31/7/2025).

Wilayah Kamchatka, lanjut Irwan, mirip secara tektonik dengan wilayah barat Sumatra dan selatan Jawa, yang terakhir mengalami gempa besar lebih dari 50 tahun lalu. Dengan karakteristik geologi serupa, Indonesia memiliki potensi risiko serupa yang harus diantisipasi.

Yang paling mengkhawatirkan, menurut Irwan, adalah potensi tsunami akibat gempa tersebut, dimana gelombang tsunami dengan tinggi 60 cm terpantau di pantai utara Jepang. "Ini artinya energi gelombang menjalar jauh dan sampai ke kawasan timur Indonesia dalam waktu 8 hingga 10 jam sejak guncangan," ujar Irwan.

photo
Petugas BMKG memperlihatkan pusat titik lokasi gempa bumi berkekuatan magnitudo 8,7 yang mengguncang Kamchatka, Rusia melalui layar monitor di Kantor BMKG Stasiun Geofisika Kelas III Ternate, Maluku Utara, Rabu (30/7/2025). - (ANTARA FOTO/Andri Saputra)
 
Meskipun Kamchatka berpenduduk jarang, kata dia, sistem mitigasi dan peringatan dini menjadi penentu dalam meminimalisasi dampak. Jepang kembali menunjukkan kesiapan mitigasi yang patut dicontoh, terutama dalam hal sistem deteksi dini tsunami berbasis tekanan dan pasang surut.

"Jepang tidak hanya mengandalkan model perhitungan, tapi juga sistem observasi langsung. Inilah yang membuat mereka bisa memberikan peringatan akurat dan cepat," ucapnya.

Lebih lanjut, Irwan menekankan, gempa Kamchatka harus menjadi cermin bagi Indonesia untuk mempercepat penguatan sistem peringatan dini, mengingat wilayah Indonesia berada di jalur megathrust yang aktif. Sehingga butuh kesiapsiagaan berbasis sains dan teknologi terkini, bukan hanya reaksi setelah bencana.

Ancaman gempa megathrust yang masih membayangi khususnya di kawasan selatan Jawa dan Sumatra, kata Irwan, kejadian di Rusia menjadi pengingat bahwa kesiapan bukan pilihan, tetapi keharusan.

"Jangan menunggu bencana besar untuk bergerak. Kita harus mencontoh Jepang dalam hal ketekunan, konsistensi, dan investasi jangka panjang dalam sistem mitigasi," ujar Irwan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement