Senin 21 Jul 2025 09:54 WIB

Gedung Putih Akhirnya Sadari Netanyahu 'Orang Gila yang Suka Main Bom'

Netanyahu disebut orang dekat Trump seperti anak kecil yang tak bisa diatur.

Presiden Donald Trump bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Ruang Oval Gedung Putih di Washington, Senin, 7 April 2025.
Foto: Pool via AP
Presiden Donald Trump bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Ruang Oval Gedung Putih di Washington, Senin, 7 April 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Kegilaan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akhirnya diakui oleh lingkaran dekat Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih. Mereka khawatir aksi main bom seenaknya yang dilakukan Netanyahu belakangan akan mengganggu agenda AS di Timur Tengah.

“Bibi seperti orang gila. Dia mengebom semuanya sepanjang waktu," kata seorang pejabat Gedung Putih kepada Axios, merujuk pada nama panggilan Netanyahu. “Hal ini dapat merusak apa yang Trump coba lakukan,” pejabat itu menambahkan.

Baca Juga

Seorang pejabat senior AS kedua juga menunjuk pada penembakan sebuah gereja di Gaza pekan ini, yang membuat Presiden Trump menelepon Netanyahu dan meminta penjelasan. "Perasaannya adalah setiap hari ada sesuatu yang baru (yang dilakukan Israel). Apa-apaan ini!?"

Meskipun Trump tidak secara terbuka menanggapi serangan terhadap satu-satunya gereja Katolik di Gaza, ia mengadakan panggilan telepon dengan Netanyahu. Trump dilaporkan dengan marah menuntutnya untuk mengeluarkan pernyataan yang menyatakan penyesalan atas insiden tersebut, yang dilakukan oleh Netanyahu beberapa saat kemudian.

Seorang pejabat AS lainnya mengatakan bahwa ada keraguan yang berkembang di dalam pemerintahan Trump mengenai Netanyahu - sebuah perasaan bahwa jari telunjuknya terlalu gatal dan dia terlalu mengganggu. “Netanyahu seperti anak kecil yang tidak bisa diatur.”

Kegeraman ini menyusul kekhawatiran Gedung Putih dengan keputusan Netanyahu di Suriah. Pada Selasa pekan lalu, Israel mengebom konvoi tank-tank militer Suriah yang sedang dalam perjalanan menuju kota Sweida untuk menanggapi bentrokan kekerasan antara milisi Druze dan anggota suku Badui bersenjata, yang telah menewaskan lebih dari 700 orang pada Sabtu menurut Syrian Observatory for Human Rights.

Israel mengklaim bahwa konvoi tersebut menyeberang ke zona Suriah selatan yang mereka tuntut untuk didemiliterisasi, dan bahwa militer Suriah ikut serta dalam serangan-serangan terhadap kelompok minoritas Druze, yang dibantah oleh Suriah.

Utusan AS Tom Barrack meminta rekan-rekannya dari Israel pada Selasa untuk mundur demi tercapainya resolusi diplomatik, dan pihak Israel berkomitmen untuk melakukannya, menurut seorang pejabat AS. Namun, setelah jeda, Israel justru meningkatkan serangan. Pada Rabu, Israel menjatuhkan bom di markas besar militer Suriah dan di dekat istana kepresidenan.

photo
Presiden AS Donald Trump bertemu Pangeran Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden sementara Suriah Ahmad al-Sharaa, di Riyadh, Arab Saudi, Rabu, 14 Mei 2025. - (Bandar Aljaloud/Istana Kerajaan Saudi via AP)

"Pengeboman di Suriah mengejutkan presiden dan Gedung Putih. Presiden tidak suka menyalakan televisi dan melihat bom dijatuhkan di negara yang sedang mengupayakan perdamaian dan membuat pengumuman monumental untuk membantu pembangunan kembali," kata seorang pejabat AS.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio mengatakan kepada Netanyahu dan timnya untuk berhenti pada Rabu. Netanyahu setuju untuk melakukannya sebagai imbalan atas penarikan militer Suriah dari Sweida.

Namun pada saat itu, beberapa negara termasuk Turki dan Arab Saudi telah menyampaikan pesan-pesan kemarahan kepada pemerintahan Trump tentang tindakan Israel, dan beberapa pejabat senior AS telah mengeluh secara langsung kepada Trump tentang Netanyahu. Di antara para pejabat tersebut adalah Tom Barrack dan utusan Gedung Putih Steve Witkoff. Keduanya adalah teman dekat Trump, menurut seorang pejabat AS.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement