REPUBLIKA.CO.ID, ST Petersburg -- Rusia telah memberikan peringatan kepada Amerika Serikat (AS) untuk tidak ikut menyerang Iran karena langkah itu akan secara radikal mengganggu stabilitas Timur Tengah. Hal itu diutarakan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov pada Rabu (18/6/2025), sambil menuding serangan Israel ke Iran berisiko memicu sebuah kehancuran nuklir.
Pada Januari 2025, Rusia dan Iran menandatangani perjanjian kerja sama strategis. Rusia diketahui juga memiliki hubungan diplomatik dengan Israel meski belakangan merenggang lantaran akibat perang Rusia-Ukraina.
Berbicara di sela-sela forum ekonomi di St Petersburg, Ryabkov kepada Interfax mengatakan, bahwa Moskow mendesak Washington untuk menahan diri untuk terlibat langsung dalam perang Iran-Israel. Menurut Ryabkov, intervensi AS bisa berujung pada destabilisasi kawasan sambil mengkritisi opsi-opsi yang bersifat spekulatif dan menerka-nerka.
Sementara, Kepala Badan Intelijen Asing Rusia, Sergei Naryshkin, mengatakan situasi ketegangan antara Iran dan Israel saat ini berada dalam kondisi kritis. Adapun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova mengatakan, serangan Israel terhadap infrastruktur nuklir Iran berarti dunia berjarak 'milimeter' terhadap kehancuran.
"Fasilitas nuklir dihantam," kata Zakharova kepada Reuters.
"Di mana kekhawatiran dari komunitas internasional? Di mana para pemerhati lingkungan? Saya tidak tahu apakah mereka pikir karena mereka berada jauh dan gelombang radiasinya tidak akan sampai ke mereka. Biarkan mereka membaca apa yang terjadi di Fukushima," kata Zakharova, menambahkan.