Senin 16 Jun 2025 15:37 WIB

Prabowo Namai Anggrek di Singapura dengan Nama Ibunda, Ini Penjelasannya

Prabowo merasa tersentuh karena diberi kehormatan menamai satu jenis anggrek.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Presiden RI Prabowo Subianto memulai rangkaian kunjungan kenegaraannya di Singapura dengan menghadiri upacara penyambutan kenegaraan di Parliament HouseNpada Senin (16/6/2025) pagi waktu setempat.
Foto: BPMI Setpres
Presiden RI Prabowo Subianto memulai rangkaian kunjungan kenegaraannya di Singapura dengan menghadiri upacara penyambutan kenegaraan di Parliament HouseNpada Senin (16/6/2025) pagi waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke Singapura baru-baru ini menyisakan sebuah momen yang tak hanya sarat makna diplomasi, tetapi juga begitu personal dan menyentuh hati. Dalam tradisi "Singapore Orchid Diplomacy" yang dikenal luas, Presiden Prabowo mendapatkan kehormatan untuk menamai varietas anggrek baru dengan nama ibunda tercintanya, Dora Marie Djojohadikusumo-Sigar, atau yang kini diabadikan sebagai Paraphalante Dora Sigar Soemitro.

Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan langsung perasaan haru dan bangganya saat menyampaikan pidato sambutan di Parliament House, di hadapan Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong dan jajaran pejabat tinggi kedua negara. "Saya merasa sangat tersentuh karena diberi kehormatan untuk menamai satu jenis anggrek yang unik," ujarnya, sebagaimana dikutip dari jaringan Sekretariat Presiden, Senin (16/6/2025).

Baca Juga

"Saya diberi kehormatan untuk mengusulkan nama dan saya mengusulkan nama ibu saya, sebagai bentuk penghormatan atas jasanya membesarkan saya — mungkin seorang anak yang cukup sulit di masa kecilnya. Tapi akhirnya, ia menjadi Presiden Indonesia,” kata Prabowo lagi.

Lebih dari sekadar penghormatan pribadi, penamaan anggrek ini juga menjadi simbol persahabatan yang terus berkembang antara Indonesia dan Singapura. Tradisi diplomasi anggrek adalah cara Singapura menghormati tamu kenegaraan, menjadikannya perwujudan ikatan kuat antarnegara melalui keindahan alam. CEO Singapore National Parks, Hwang Yu-ning, turut hadir dalam prosesi penamaan, menjelaskan karakteristik anggrek tersebut kepada Presiden Prabowo dan menyerahkan buku Singapore’s Orchid Diplomacy.

Anggrek Paraphalante Dora Sigar Soemitro sendiri bukanlah bunga sembarangan. Menurut keterangan dari Sekretariat Presiden, varietas hibrida ini dikenal karena produktivitasnya dalam berbunga.

Setiap tangkainya yang tegak bisa mencapai panjang 30 hingga 40 sentimeter, dihiasi 8 hingga 12 kuntum bunga besar berdiameter sekitar 7 sentimeter. Kelopak dan mahkotanya berbentuk bintang dengan warna merah muda lembut, dihiasi corak garis halus berwarna mawar yang memudar ke ujungnya menjadi putih.

Keindahan ini semakin diperkuat oleh bibir bunga bercabang dengan dasar berwarna emas cerah bertotol merah marun, menciptakan kontras yang harmonis dan elegan. Keunikan dan keindahan anggrek ini seolah merefleksikan karakter sang Ibunda, Dora Marie Sigar, yang berasal dari Minahasa berdarah Jerman dan dikenal aktif di dunia pendidikan, sosial, dan politik. Beliau menempuh pendidikan di Belanda sebagai perawat spesialis pascabedah, tempat ia bertemu dengan Sumitro Djojohadikusumo, suami kelak. Sosok Dora dikenal disiplin dan membesarkan anak-anaknya dalam lingkungan multikultural serta beragam keyakinan, mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila hingga akhir hayatnya pada 23 Desember 2008.

Melalui diplomasi bunga yang indah ini, Indonesia dan Singapura kembali menegaskan komitmen untuk terus menjalin kerja sama erat, tidak hanya di tengah dinamika kawasan, tetapi juga dalam menghadapi berbagai tantangan global. "Penamaan anggrek ini bukan hanya menjadi simbol kehormatan, tetapi juga representasi dari persahabatan yang terus tumbuh antara Indonesia dan Singapura," demikian petikan keterangan Setpres.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement