REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Pasukan Israel telah membunuh lebih dari selusin anak-anak Palestina di Jalur Gaza dalam beberapa hari terakhir, sementara ribuan lainnya menghadapi ancaman kelaparan. Pekan lalu, serangan Israel juga membunuh Yaqeen Hammad (11 tahun) yang populer di media sosial karena menyajikan konten yang berupaya mengembalikan keceriaan di Gaza.
Dikenal karena senyumnya dan kerja sukarela di Gaza, Yaqeen Hammad terbunuh setelah Israel menembaki wilayah al-Baraka di Deir el-Balah, Gaza utara, pada Jumat malam. Yaqeen dan kakak laki-lakinya, Mohamed Hammad, kerap mengirimkan makanan, mainan, dan pakaian kepada keluarga pengungsi, lapor Palestine Chronicle. Dia juga berperan aktif dalam kolektif Ouena – sebuah kelompok nirlaba berbasis di Gaza yang didedikasikan untuk bantuan dan bantuan kemanusiaan.
Yaqeen Hammad adalah aktivis media termuda di Gaza dan sukarelawan termuda di kelompok amal setempat. Dengan kebijaksanaan yang melampaui usianya, Yaqeen membawa harapan ke tempat-tempat yang dibayangi rasa takut.
Hidup dalam pengepungan di Jalur Gaza, ia berhasil menjangkau puluhan ribu orang melalui video Instagram-nya. Beberapa menyoroti upaya bantuan untuk anak yatim dan keluarga terlantar. Yang lain menunjukkan dia tertawa dan bermain dengan anak-anak, membagikan hadiah dengan gembira.
Banyak yang mendokumentasikan perjuangan hidup sehari-hari di bawah pemboman Israel yang tiada henti. Sementara yang dilakukan Yaqeen adalah bukti ketahanan—penolakan untuk dihancurkan oleh genosida Israel.
Yaqeen Hammad, a child social media activist, was killed in a bombardment of the Al-Baraka area in Deir al-Balah in the Gaza Strip. pic.twitter.com/Po4UpXW1Yd
— The Palestine Chronicle (PalestineChron) May 23, 2025
Namun suara Yaqeen dibungkam di Deir al-Balah pada Jumat malam. Serangan udara Israel menghantam lingkungannya, membunuhnya di bawah reruntuhan.
Gadis yang pernah membawa kenyamanan dan senyuman menjadi nama lain dalam daftar korban jiwa yang terus bertambah di Gaza. Kematiannya menandai hilangnya salah satu suara termuda dan paling berani di Jalur Gaza.
Dalam salah satu unggahan media sosial, Yaqeen menulis: “Saya mencoba memberikan sedikit kegembiraan kepada anak-anak lain sehingga mereka dapat melupakan perang.”
Berita kematiannya memicu curahan kesedihan di Gaza dan media sosial. Aktivis, jurnalis, dan pengikutnya berduka atas kehilangan seorang anak yang mewakili cahaya di salah satu periode paling gelap di Gaza.
“Tubuhnya mungkin telah tiada, namun pengaruhnya tetap menjadi mercusuar kemanusiaan,” tulis Mahmoud Bassam, seorang jurnalis foto di Gaza.
The Israeli army killed Yaqeen Hammad, a young girl known for her humanitarian work, in a missile strike on Gaza. pic.twitter.com/EstguOsnS9
— Palestine Info Center (palinfoen) May 24, 2025
"Alih-alih berada di sekolah dan menikmati masa kecilnya, dia malah aktif di Instagram dan berpartisipasi dalam kampanye untuk membantu orang lain di Gaza. Saya kehabisan kata-kata," penghormatan lain membaca di X.
"Dia adalah seorang anak yang seharusnya bersekolah, bermain seperti anak-anak di mana pun,” ujar netizen lainnya.
Terlahir dalam blokade, dibesarkan di bawah bombardir, dan dibentuk oleh trauma, Yaqeen memilih untuk bertindak dibandingkan berdiam diri. Keberaniannya meninggalkan dampak yang mendalam bagi semua orang yang melihatnya — seorang gadis muda yang memberikan teladan di tengah reruntuhan.
Israel Kills Yaqeen Hammad.
Yaqeen Hammad was more than a child. At just 11 years old, she was Gaza’s youngest media activist and the youngest volunteer in a charity team. With a voice far beyond her years, Yaqeen carried hope into places ravaged by fear pic.twitter.com/q8jGSGwlMW
— "Solidarity is a verb" (SaveSJarrah) May 23, 2025