Selasa 20 May 2025 10:10 WIB

Cicipi Dunia Lewat Edutrip Program, Biar Nggak Ngupas Dunia Lewat Reels Doang

Ini bukan sekadar jalan-jalan, tapi semacam tamasya intelektual.

UBSI mengajak mahasiswa mengenal dunia luar dengan menyuguhkan Edutrip Program ke Malaysia dan Singapura dari 28 sampai 31 Juli 2025.
Foto: UBSI
UBSI mengajak mahasiswa mengenal dunia luar dengan menyuguhkan Edutrip Program ke Malaysia dan Singapura dari 28 sampai 31 Juli 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mari akui satu hal dulu, deh. Kebanyakan dari kita mengenal dunia luar lewat dua hal yaitu Instagram dan drama Korea. Bahkan waktu kecil, Singapura itu cuma seukuran Patung Merlion dan sepiring Hainan rice di pikiran kita. Malaysia? Ya paling ingatnya Petronas Tower dan Upin-Ipin yang entah kenapa nggak gede-gede dari dulu.

Tapi hidup nggak selalu bisa dijelajahi lewat layar HP. Ada kalanya mesti ninggalin zona nyaman, keluar dari kos-kosan sempit, dan nyicip sedikit angin luar negeri, biar tahu rasanya jadi warga dunia—meskipun masih modal paspor pinjaman dan koper warisan kakak.

Nah, itulah yang dicoba Edutrip Program: Discover Global Experience yang diselenggarakan Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) Sebagai Kampus Digital Kreatif.

Menurut Wakil Rektor II Bidang Non Akademik, Adi Supriyatna, ini bukan sekadar jalan-jalan atau study tour abal-abal, tapi semacam tamasya intelektual yang dibungkus elegan, di antaranya belajar sambil cuci mata, kuliah tamu sambil jajan susu kotak.

Perjalanan ini berlangsung dari 28 sampai 31 Juli 2025. Empat hari tiga malam. Singapura-Malaysia. Dan yang ikut? Ya, dosen dan mahasiswa UBSI yang berani bilang “Gue pengen tahu dunia lebih luas dari sekadar timeline TikTok!”

“Kamu yang berminat, bakal menginjakkan kaki di Management and Science University (MSU). Universitas ini nggak cuma keren dari nama, juga dari semangatnya yang terasa modern dan digital, semacam kampus yang kalau dilihat tuh bikin kita mikir, ini kampus atau galeri startup?,” ungkap Adi dalam keterangan Selasa (20/5/2025).

Berlanjut ke Nanyang Technological University (NTU), salah satu universitas top dunia. Kalau NTU ini manusia, mungkin dia tipe yang selalu ranking 1, jadi delegasi nasional, dan tetap humble meski punya beasiswa dari tiga negara.

Kunjungan ke NTU bukan sekadar mampir dan selfie di depan papan nama, tapi juga dialog, diskusi, dan pertukaran pikiran yang bikin kepala agak panas tapi hati hangat.

“Kemudian bakal diajak juga mampir ke Universitas Kuala Lumpur. Di sini, rombongan belajar bahwa internasionalisme itu bukan cuma soal bahasa Inggris yang fasih, tapi juga tentang kolaborasi lintas budaya, adaptasi, dan tahu cara ngopi bareng,” ceritanya.

Tapi hidup nggak cuma soal kampus, kata Adi. Dunia kerja menanti, dan dua kunjungan yang diusung UBSI ini jadi semacam preview masa depan, yaitu Glints Company dan Vast Group SDN BHD.

Glints, platform penghubung kerja, bakal bikin dosen dan mahasiswa UBSI mikir ulang, lulus nanti, mau ke mana?

Kamu bakal dapat insight gimana nyari kerja di era digital, gimana bikin portofolio yang bukan cuma kumpulan tugas kuliah, dan—ini yang penting—gimana jual diri secara profesional tanpa bikin HR cringe.

“Di Vast Group, belajar gimana bisnis jalan, bagaimana bertahan di tengah persaingan, dan bagaimana kerja itu bukan cuma soal gaji, tapi juga visi. Kayaknya sederhana, tapi kadang kita lupa bahwa masuk kerja bukan akhir perjalanan—itu justru awal,” jelasnya.

Tentu, semuanya ini nggak gratis. Ada angka yang mesti ditebus, Rp 5,8 juta. Tapi mari kita jujur, dibandingkan ganti iPhone baru tiap rilis atau ngabisin uang buat konser tiga jam doang, pengalaman ini lebih tahan lama. Ini semacam investasi memori dan pemikiran, yang kelak bisa kamu tarik waktu lagi ngerasa dunia terlalu sempit.

Apalagi semua difasilitasi UBSI, seperti tiket, hotel, transportasi, bahkan wisata budaya. Ya, meskipun pulangnya kamu bakal tetap jadi anak kos yang harus mikir mau makan ayam geprek atau mi instan, tapi kamu bakal punya cerita yang bisa diceritain ke anak cucu, seperti “Kakek dulu pernah jalan-jalan ke Malaysia, belajar bisnis sambil makan nasi lemak.”

“Program ini bukan cuma soal naik pesawat dan foto bareng dosen di luar negeri. Ini tentang menjelajahi batas diri, meluaskan kepala, dan menyadari bahwa hidup itu terlalu luas kalau hanya dihabiskan di kampus dan kafe sebelah,” pungkas Adi.

Dunia nggak berputar di Jakarta doang. Bahwa mahasiswa itu punya hak untuk tahu dunia lebih banyak—kalau dia mau melangkah. Dan kamu tahu? Dunia itu nggak harus kamu kuasai. Tapi setidaknya, kamu pernah melihatnya dari dekat.

“Kalau kamu masih nungguin waktu yang pas buat keluar dan belajar hal baru, ingatlah waktu nggak pernah nunggu siapa-siapa. Tapi formulir pendaftaran Edutrip UBSI jelas punya tenggat 25 Juni 2025. Sikat aja, bro. Sebelum hidupmu cuma jadi kisah “coba dulu gue ikut…”

Daftarin dirimu melalui link bit.ly/edutrip-ubsi dan bisa hubungi Ayu (0821-3407-9698) buat dapetin informasi lebih lanjutnya,” tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement