Senin 19 May 2025 12:10 WIB

Netanyahu Akui Takut Israel Ditinggal Sekutu Akibat Kondisi di Gaza

Kecaman 'sahabat Israel' atas kondisi di Gaza disebut mendekati 'garis merah'.

Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pertemuan di Gedung Putih, Washington, Selasa, 4 Februari 2025.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pertemuan di Gedung Putih, Washington, Selasa, 4 Februari 2025.

REPUBLIKA.CO.ID,TEL AVIV – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengakui keputusannya untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan terbatas memasuki Jalur Gaza tak lepas dari tekanan internasional.

Dalam pernyataan video yang dirilis di saluran Telegram pribadinya, Netanyahu mengatakan bahwa sekutu Israel telah menyuarakan keprihatinan tentang “gambaran kelaparan” di Gaza.

Baca Juga

“Sahabat Israel di dunia,” katanya, termasuk para senator namun tanpa menyebutkan kebangsaan tertentu, mengatakan ada “satu hal yang tidak dapat kami toleransi. Kami tidak dapat menerima gambaran kelaparan, kelaparan massal. Kami tidak dapat menanggungnya. Kami tidak akan dapat mendukung Anda.” 

Menurut the Times of Israel, Netanyahu mengatakan situasinya telah mendekati “garis merah” dan “titik berbahaya,” namun tidak jelas apakah yang dia maksud adalah krisis di Gaza atau potensi hilangnya dukungan dari sekutu. “Oleh karena itu, untuk mencapai kemenangan, kita perlu menyelesaikan masalah ini,” kata Netanyahu.

Gaza telah hancur akibat balasan brutal Israel selepas serangan pejuang Palestina pada 7 Oktober 2023. Serangan brutal Israel telah membunuh sedikitnya 53 ribu warga Gaza. Blokade Israel setelah secara sepihak membatalkan gencatan senjata pada Maret lalu juga menyebabkan kelaparan parah di Gaza.

Sampai pusat distribusi baru didirikan berdasarkan rencana yang didukung AS untuk memastikan bantuan tidak sampai ke Hamas, Netanyahu menyatakan bahwa Israel harus memberikan bantuan minimal ke Jalur Gaza untuk mencegah kelaparan massal di kalangan penduduk sipil. Dana Kemanusiaan Gaza, yang dibentuk untuk melaksanakan rencana bantuan baru tersebut, mengatakan akan memulai operasinya pada akhir bulan ini. 

Media Palestina mengatakan 50 truk yang membawa tepung, minyak goreng dan kacang-kacangan akan diizinkan masuk ke Gaza pada hari Senin, sementara media Israel mengatakan sembilan truk dengan makanan bayi diperkirakan masuk pada sore hari. Media Emirat, The National, melaporkan pada sore hari bahwa tiga truk telah memasuki Jalur Gaza.

Wartawan Reuters di penyeberangan Kerem Shalom dari Israel ke Gaza mengatakan tidak ada aktivitas yang terlihat hingga pagi hari. Sementara UNRWA, badan bantuan PBB untuk Palestina, mengatakan akan berkomentar kepada pers saat bantuan masuk.

Israel menghadapi tekanan internasional yang meningkat atas blokade terhadap pengiriman bantuan kemanusiaan yang diberlakukan pada bulan Maret. Badan-badan bantuan memperingatkan akan terjadinya kelaparan di daerah kantong berpenduduk 2,3 juta orang tersebut. 

Tel Aviv mengatakan blokade bantuan diperlukan untuk menekan Hamas agar setuju melepaskan sandera yang mereka tahan. Tedros Adhanom Ghebreyesus, kepala Organisasi Kesehatan Dunia, mengatakan bahwa dua juta orang kelaparan di Jalur Gaza dan memperingatkan “risiko kelaparan di Gaza meningkat karena Israel sengaja tidak memberikan bantuan kemanusiaan.”

Uni Eropa sebelumnya mengancam akan membatalkan perjanjian dagang dengan Israel mengingat kejahatan kemanusiaan negara Zionis tersebut. Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer juga mengatakan situasi di Gaza sudah tak lagi bisa ditoleransi. Sementara Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut tindakan Israel di Gaza memalukan. Sementara Presiden AS Donald Trump pekan lalu mengakui bahwa kelaparan sedang terjadi di Gaza, hal yang selama ini disangkal Israel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement