Jumat 09 May 2025 19:24 WIB

Jakarta Peringkat Dua Transaksi Judol, Begini Kesaksian Para ‘Pemain’

Ketiadaan pekerjaan turut memicu judi online.

Rep: Bayu Adji Prihammanda/ Red: Fitriyan Zamzami
Petugas memeriksa barang bukti kasus judi daring saat konferensi pers di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta, Jumat (2/5/2025).
Foto: ANTARA FOTO/Reno Esnir
Petugas memeriksa barang bukti kasus judi daring saat konferensi pers di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta, Jumat (2/5/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mencatat Jakarta sebagai salah satu provinsi dengan nilai transaksi judi online pada kuartal pertama 2025. Bahkan, Jakarta menempati posisi provinsi kedua tertinggi dengan nilai transaksi judi online se-Indonesia, setelah Jawa Barat (Jabar).

Berdasarkan pengamatan Republika, masih banyak sejumlah warga Jakarta yang bermain judi online. Mereka umumnya main judi online ketika sedang memiliki waktu luang.

Baca Juga

Salah seorang warga Jakarta, Rizki (30 tahun), mengaku awalnya bermain judi online karena terinspirasi dari teman-teman di lingkungannya. Alhasil, ia juga tertarik untuk ikut bermain judi online. 

"Awal main karena liat temen tongkrongan. Main jenis pragmatic play. Nah di situ ada yang main Zeus, Bonanza, modelnya slot," kata dia kepada Republika, Jumat (9/5/2025).

Menurut dia, untuk bermain judi online, setiap pemain harus membayar deposito minimal Rp 100 ribu. Dari deposito itu, para pemain akan mendapatkan modal untuk bermain slot.

photo
Petugas membawa barang bukti uang hasil sitaan pada perkara TPPU perjudian daring saat gelar perkara di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta, Rabu (7/5/2025). - (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

"Jadi depo dulu 100 ribu, ada yang dapat 100 ribu, ada 50 ribu. Kalau mau menang, harus lewatin turnover Rp 2,3 juta. Baru bisa diambil," kata dia yang bekerja sebagai karyawan swasta itu.

Rizki mengaku beberapa kali meraih kemenangan saat bermain slot. Nilai uang yang didapat juga cukup menggiurkan, yaitu mencapai Rp 2 juta hingga Rp 3 juta. Meski begitu, tidak jarang juga ia mengalami kekalahan saat bermain. 

Ia mengaku tidak candu bermain judi online. Namun, banyak temannya yang kecanduan bermain judi online. Bahkan, beberapa temannya sampai harus terlilit pinjaman online (pinjol).

"Gue sih enggak candu, tapi banyak juga ada yang candu, bahkan sampai pinjol dan gadai motor. Yang biasanya candu itu mereka yang memang enggak punya aktivitas, jadi larinya main judi," kata dia.

Rizki mengaku saat ini sudah tidak aktif lagi bermain judi online. Pasalnya, aparat penegak hukum makin memblokir situs web judi online. Alhasil, ia mengaku makin sulit untuk mencari situs yang aman.

"Sekarang udah enggak main. Karena udah ramai diberitain, jadi males. Susah juga buat menang," ujar dia.

Ia menambahkan, upaya yang dilakukan pemerintah untuk memberantas situs web judi harus tegas. Namun, kesadaran untuk berhenti harus dari diri sendiri.

"Menurut gue kalau yang pernah main, susah juga diberantas. Kalau diblokir juga gampang ngakalinnya. Susah emang. Mesti bener-bener tegas pemerintah," kata dia.

Sementara itu, salah seorang warga lainnya, Farhan (29), mengaku bisa berhenti karena saat ini sudah memiliki aktivitas. Pasalnya, ia bermain judi online ketika itu untuk mengisi waktu luang saat masih kuliah. 

"Saya main judol karena suka main kartu capsa. Karena dapat uang, main," kata dia.

Farhan mengaku lebih banyak mengalami kekalahan daripada menang. Dalam satu bulan, ia bisa kalah hingga Rp 200 ribu.

Sebelumnya diberitakan, Kepala PPATK Ivan Yustiavandana mengatakan, terdapat lima wilayah yang tercatat banyak melakukan transaksi judi online pada periode Januari-Maret 2025. Lima provinsi itu adalah Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Banten, dan Jawa Timur.

“Pada kuartal pertama tahun 2024 itu DKI Jakarta itu di urutan ke-5. Sekarang, pada kuartal pertama tahun ini, DKI Jakarta naik ke urutan ke-2. Ini terus bergerak,” kata dia, Rabu (7/5/2025).

Sementara itu, Gubernur Jakarta Pramono Anung mengatakan, temuan itu masuk akal lantaran jumlah penduduk di wilayah cukup tinggi. Selain itu, mayoritas warga Jakarta juga telah menggunakan handphone untuk aktivitas sehari-harinya. Alhasil, potensi warga Jakarta terpapar judi online menjadi lebih tinggi. 

"Ya karena penduduknya padat dan penduduknya banyak dan juga orang sudah menggunakan teknologi, HP-nya, kan di situ," kata dia, Kamis (8/5/2025).

Menurut Pramono, cara paling ampuh untuk memberantas judi online adalah menutup aksesnya kepada masyarakat. Artinya, keberadaan judi online harus benar-benar ditutup.

"Kalau saya, hal yang menyangkut judi online harusnya betul-betul diberantas dari ujungnya, siapapun yang menyelenggarakan. Ini kan bisa," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement