Senin 05 May 2025 19:00 WIB

Puluhan Hektare Hutan dan Lahan di Kalteng Terbakar Sejak Awal Tahun

BNPB mendorong pemerintah daerah untuk selalu menyiagakan peralatan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Anggota Polri dan petugas Manggala Agni berupaya memadamkan kebakaran lahan gambut di Kelurahan Kalampangan, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Ahad (4/8/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Auliya Rahman
Anggota Polri dan petugas Manggala Agni berupaya memadamkan kebakaran lahan gambut di Kelurahan Kalampangan, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Ahad (4/8/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat terjadi 38 kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dengan 180 titik hotspot di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Tengah sejak awal tahun hingga 4 Mei 2025. Total luas lahan yang terbakar mencapai 25,46 hektare.

Kabupaten Sukamara tercatat paling terdampak, dengan 6,90 hektare lahan yang terbakar, disusul Kabupaten Barito Utara dengan 4,01 hektare lahan terbakar.

Baca Juga

Dalam pernyataannya pada Senin (5/5/2025), BNPB mengatakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Tengah  melaporkan karhutla di Kabupaten Lamandau  terjadi di lahan seluas 0,5 hektare dan di Kabupaten Kotawaringin Barat di lahan seluas 1 hektare. Kedua titik api telah dipadamkan pada Sabtu (3/5/2025).

Penyebab karhutla tersebut saat ini dalam tahap penyelidikan aparat penegak hukum sesuai dengan wilayah kerja masing-masing.

Merespons kejadian bencana karhutla yang masih terjadi di berbagai wilayah, BNPB mendorong pemerintah daerah untuk selalu menyiagakan peralatan, kendaraan, personel hingga anggaran guna menekan angka kejadian karhutla terutama di 6 provinsi prioritas karhutla, antara lain Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan satu provinsi dengan penanganan khusus yakni Kalimantan Timur.

Selain itu, mengingat masih banyaknya kejadian bencana hidrometeorologi basah yang didominasi oleh banjir di sejumlah wilayah tanah air, BNPB juga mengimbau warga untuk melakukan langkah-langkah mitigasi.

Langkah mitigasi itu, antara lain, dengan membersihkan saluran drainase, mempersiapkan area penampungan air, memangkas dahan pohon untuk mengurangi potensi pohon roboh saat cuaca ekstrem serta menetapkan rencana kedaruratan dan evakuasi.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau seluruh elemen masyarakat, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan terkait untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi karhutla yang diprediksi meningkat selama musim kemarau 2025.

Dengan risiko karhutla yang mulai muncul di berbagai wilayah, pencegahan sejak dini menjadi langkah paling efektif untuk menghindari kerusakan lingkungan, kerugian ekonomi, hingga dampak kesehatan masyarakat.

BMKG bersama BNPB dan pemerintah daerah mendorong upaya-upaya pembasahan lahan, upaya-upaya mempertahankan tinggi muka air di lahan, dan pengisian embung-embung serta kanal dengan memanfaatkan hujan yang masih ada saat periode transisi menjelang musim kemarau.

Upaya penguatan lainnya juga dilakukan dalam bentuk penyiagaan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC), patroli udara, serta pengawasan lapangan secara berkala, khususnya di wilayah Riau yang saat ini telah berstatus siaga darurat karhutla.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement