REPUBLIKA.CO.ID, Untuk kali pertamanya, Israel mengalami kegagalan di sistem pertahanan udaranya menangkal rudal balistik Houthi dari Yaman yang menghantam area kawasan Bandara Internasional Ben Gurion pada Ahad (5/5/2025). Padahal diketahui, selain mengandalkan sistem canggih Iron Dome dalam menghalau serangan udara, Israel juga kini dibantu alutsista buatan AS bernama THAAD.
Kedua sistem pertahanan udara canggih itu terbukti gagal pada Ahad kemarin, yang mengakibatkan tujuh orang luka dan mendisrupsi jadwal penerbangan di Ben Gurion. Maskapai-maskapai besar Internasional pun secara serentak membatalkan atau menunda penerbangan mereka sampai 7- 8 Mei.
Insiden Ben Gurion dihantam rudal jarak jauh Houthi kemudian memicu beragam analisis ahli yang mempertanyakan sistem pertahanan udara Israel yang selama ini kerap dibangga-banggakan. Analis militer Kuwait, Faisal Al-Hajri kepada Anadolu, menjelaskan keterbatasan teknis dari sistem pertahanan berbasis-radar yang dimiliki Israel.
"Radar pertahanan udara menggunakan sebuah sistem transmisi yang memproduksi gelombang dan sistem penerima yang melacak sinyal," kata Al-Hajri.
"Ketika gelombang menumbuk sebuah target di udara, gelombang itu terefleksi kembali ke radar, menampilkan target di monitor untuk diintersep," kata Al-Hajri, melanjutkan.
View this post on Instagram