REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi sepak bola di Inggris ke depan mungkin harus membayar biaya perawatan untuk mantan pemain yang menderita penyakit karena kondisi otak yang terganggu akibat banyak menyundul bola. Sebab, anggota parlemen Inggris tengah mempelajari usulan yang akan diajukan ke parlemen untuk dibahas dan dijadikan undang-undang.
Para pegiat sedang menyusun amandemen terhadap RUU Tata Kelola Sepak Bola dengan tujuan untuk menanganinya sebagai "masalah cedera industri" dan mengawasi skema untuk menyediakan perawatan dan dukungan bagi mereka yang terdampak.
Usulan tersebut berupaya untuk mewajibkan industri, termasuk Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) dan serikat pekerja Asosiasi Pesepak Bola Profesional, untuk menyediakan dukungan finansial yang diperlukan di tengah kekhawatiran bahwa pengaturan yang ada tidak sesuai dengan tujuannya.
Dana Kesehatan Otak, yang didirikan dengan dana awal 1 juta poundsterling atau sekira Rp 22 miliar pada 2023 oleh PFA dengan dukungan dari Liga Primer, telah dikritik oleh para pegiat. Liga Primer mengatakan, dana tersebut telah mendukung 121 keluarga dengan rumah yang sudah dimodifikasi agar bisa ditinggali oleh orang dengan berbagai keterbatasan dan biaya panti jompo.
Chris Evans, anggota parlemen dari Partai Buruh, merupakan salah satu pihak yang mendesak otoritas sepak bola untuk berkontribusi. Ia melihat tingginya biaya perawatan yang dihadapi oleh eks pemain yang akhirnya mengidap Alzheimer, demensia, dan penyakit neurologis lainnya setelah mereka pensiun dan menua.
Dari tim pemenang Piala Dunia Inggris pada tahun 1966, Jack dan Bobby Charlton meninggal karena demensia, begitu pula Martin Peters, Ray Wilson, dan Nobby Stiles.