REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) hadir sebagai harapan nyata bagi jutaan masyarakat Indonesia. Bagi Samsuriati, program ini bukan sekadar layanan, tetapi saksi perjuangannya dalam memastikan suami dan anak tercinta mendapatkan akses kesehatan yang layak dan terjangkau.
Program ini sangat membantu mereka yang memiliki penyakit kronis, sehingga mereka dapat menjalani pengobatan tanpa harus terbebani biaya yang besar. Dengan prinsip gotong royong, JKN memastikan bahwa setiap warga negara mendapatkan hak yang sama dalam pelayanan kesehatan.
Samsuriati (54), warga Desa Pandung Batu, Baraka, Kabupaten Enrekang, telah melalui perjalanan panjang dalam merawat suami dan anaknya yang mengalami sakit serius. Sejak terdaftar sebagai peserta JKN pada tahun 2018, ia merasakan manfaat besar dari program ini.
Anaknya yang kini berusia 32 tahun telah mengalami gangguan jiwa hampir satu dekade. Gejala awal muncul secara tiba-tiba saat ia masih kuliah di salah satu universitas.
Keluarga awalnya membawa pengobatannya di Enrekang, namun karena tidak ada perubahan, mereka memutuskan untuk berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Lakipadada di Tana Toraja. Hingga saat ini, hampir enam tahun ia menjalani perawatan di rumah sakit tersebut.
”Sudah sepuluh tahun anak saya mengalami gangguan jiwa. Saya tidak tahu apa sebabnya, tiba-tiba saja dia mengamuk tidak jelas. Saya sempat membawanya berobat di Enrekang, namun tidak ada perubahan. Akhirnya saya membawanya berobat di RSUD Lakipadada dan alhamdulillah selama enam tahun berobat di sini banyak perubahan pada anak saya meski harus sambung obat. Dokter bilang obatnya tidak boleh putus. Kalau sampai putus, penyakitnya langsung kambuh,” ujar Samsuriati.
Beban yang ia tanggung semakin bertambah ketika sang suami juga harus menjalani pengobatan intensif. Suaminya didiagnosis mengidap tumor pada usus dan telah menjalani delapan kali kemoterapi di Rumah Sakit Wahidin Makassar.
“Saat ini saya juga menemani suami saya menjalani perawatan lanjutan. Terdapat tumor di ususnya dan sudah menjalani pengobatan di RS Wahidin selama tiga tahun. Karena keterbatasan biaya, suami saya berobat di sini dulu dan sekarang kontrol di poli bedah,” kata Samsuriati.